Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Jika diperhatikan, produk reksadana baru terus bermunculan akhir tahun ini. Tengok saja, ada PT Avrist Asset Management yang meluncurkan dua reksadana pada akhir Oktober lalu.
Ada juga Henan Putihrai yang juga menerbitkan reksadana syariah dalam waktu dekat. Sementara hari ini, (14/11), ada Corfina Capital yang menerbitkan Corfina Grow-2-Prosper Rotasi.
Iwan Triadji, Fund Manager Corfina Capital menjelaskan, manajer investasi (MI) saat ini berbondong-bondong menerbitkan produk baru karena mereka ingin memanfaatkan momentum pasar saham yang sedang jatuh.
Menurutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah berada posisi bottom, dan itu menjadi waktu tepat memborong aset, lantaran harganya sedang murah. Biasanya, IHSG kembali rebound di awal tahun. "Saat itu, investor tidak telat karena mereka sudah punya portofolio baru," imbuh Iwan.
Pada kesempatan sebelumnya, Donny Nuriawan Direktur Sucorinvest Asset Management memberikan penjelasan senada. Menjelang tutup tahun, MI berlomba-lomba meningkatkan frekuensi penerbitan produk reksadana baru demi mengantisipasi pertumbuhan permintaan unit penyertaan.
Momentum akhir tahun seperti ini dimanfaatkan untuk menangkap agresivitas investor dalam menempatkan modal di instrumen reksadana. “Karena biasanya investor membuka ‘buku baru’ dan disesuaikan dengan kebutuhan investasinya setiap akhir atau awal tahun,” imbuh Donny.
Nah, yang perlu diperhatikan adalah, ada kalanya produk reksadana baru dari sebuah MI yang sebenarnya mengincar nasabah institusi ,seperti dana pensiun atau asuransi. Sebelum diluncurkan, MI mendekati perusahaan-perusahaan itu untuk bersedia menyertakan dananya di pasar modal.
Meski pada dasarnya sah karena reksadana ini juga memperoleh izin efektif dari OJK, tapi reksadana tersebut hanya dimanfaatkan para pemodal besar untuk memperoleh gain jangka pendek.
Sumber KONTAN di salah satu MI menjelaskan, biasanya sebelum merilis produk baru, MI mendekati perusahaan-perusahaan dana pensiun atau asuransi guna mendapatkan titipan dana, yang kemudian diputarkan oleh MI.
Ketika market sedang turun seperti ini, duit tersebut digunakan MI untuk memborong saham. Saat inilah mekanisme ekonomi bekerja. Permintaan yang membeludak membuat harga saham terus meninggi.
Ketika terus meninggi dan sekiranya sudah memperoleh gain yang diinginkan, barulah MI itu membuang saham, sehingga harganya kembali anjlok. "Ya, cara seperti ini sudah menjadi rahasia umumlah," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News