kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45907,30   3,97   0.44%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan rating bisa mendongkrak sejumlah sektor


Jumat, 29 Desember 2017 / 15:27 WIB
Kenaikan rating bisa mendongkrak sejumlah sektor


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2017, beberapa sektor saham mencatatkan kinerja yang ciamik. Tiga sektor dengan kenaikan tertinggi adalah sektor keuangan dengan pertumbuhan 40,19% year to date (ytd), industri dasar dan kimia tumbuh 26,86% ytd, dan consumer goods tumbuh 21,98% ytd. Lantas siapa saja yang akan melanjutkan pertumbuhan tahun depan?

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri menyatakan ketiga sektor tersebut memang tumbuh signifikan tahun ini. Bahkan ketiganya mampu tumbuh di atas rata-rata Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tumbuh 19,21%. Hans menilai, sektor perbankan dan properti pada tahun depan berpotensi untuk bertumbuh.

"Tahun depan, kami melihat Indonesia berpotensi naik rating-nya. Kenaikan rating ini berpotensi menurunkan suku bunga. Jadi, kalau bunga tahun depan bisa turun 50-100 basis points (bps) kemungkinan sektor perbankan masih cukup menarik. Kemudian sektor lain yang menarik adalah properti, karena tren bunga yang rendah harusnya sektor properti bagus," terang Hans kepada KONTAN, Rabu (27/12).

Apalagi, menurutnya tahun ini sektor properti belum bertumbuh dengan baik. Sehingga seharusnya sektor properti bisa menarik pada tahun depan. Sektor konstruksi juga menarik dicermati tahun depan. Pasalnya, sepanjang tahun ini sektor tersebut masih merah.

"Ke depan konstruksi akan bagus, karena pemerintah akan efektifkan proyek mereka. Banyak proyek yang akan diselesaikan karena tahun pemilu," tambahnya.

Selain sektor perbankan, properti dan konstruksi, tahun depan sektor konsumer juga menarik dicermati. Pasalnya, tahun politik juga bisa memicu kenaikan konsumsi masyarakat. Sehingga sektor consumer goods juga masih menjadi pilihan Hans pada tahun 2018.

Meski demikian, ada beberapa sentimen negatif yang harus dicermati. Antara lain adalah kebijakan reformasi pajak Amerika Serikat (AS). Potensi kenaikan Fed Fund Rate (FFR) sebanyak 2-3 kali tahun 2018. Kemudian juga normalisasi neraca Fed. "Ini bisa menekan rupiah dan bisa menghambat lajut indeks kita," terang Hans.

Sedangkan dari dalam negeri, memasuki tahun politik kebijakan juga cenderung populis. Oleh karena itu, ada kemungkinan pemerintah akan menggenjot proyek infrastruktur.

Hans menyatakan ada beberapa saham yang masih murah dan menarik untuk dicermati, seperti saham konstruksi WIKA, PTPP, dan WSKT. Kemudian saham TLKM, PGAS, dan SMGR. "IHSG tahun 2018 bisa mencapai 6.400-6.450. Karena ada tekanan dari US dan ekonomi Tiongkok melambat," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×