Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah lembaga pemeringkat mengerek rating emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain fundamental perusahaan, langkah Standard & Poor's (S&P) yang mengganjar peringkat Indonesia ke level investment grade turut mendorong kenaikan peringkat emiten.
Pefindo, misalnya, mendongkrak peringkat PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Rating anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) itu naik menjadi idAA- dari sebelumnya idA+. Rating tersebut berlaku untuk TPIA maupun Obligasi I Chandra Asri Tahun 2016. Sedang outlook terhadap peringkat TPIA stabil.
Awal tahun ini, Moody's juga menaikkan rating PT Indika Energy Tbk (INDY) menjadi B2 dengan outlook stabil, dari sebelumnya Caa1. Bahkan, Moody's tengah mengkaji, apakah peringkat INDY bisa naik lagi seiring rencana emiten ini memperbesar porsi kepemilikan saham di PT Kideco Jaya Agung. "Kami menilai, rencana akuisisi saham Kideco akan positif, karena INDY bakal memiliki kontrol terhadap perusahaan batubara terbesar ketiga di Indonesia," ungkap Rachel Chia, Analis Moody's.
Dari BUMN, ada PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Fitch Ratings menetapkan kembali peringkat jangka panjang issuer default rating (IDR) dan peringkat nasional jangka panjang untuk WIKA. Fitch menyematkan peringkat jangka panjang IDR WIKA di BB. Sementara peringkat nasional jangka panjang mereka ada di AA(idn). "Ini tak lepas dari sentimen S&P beberapa waktu lalu," ujar David Sutyanto, Analis First Asia Capital.
Memang, ada kalanya prospek sebuah emiten sangat menarik. Namun, prospek emiten itu tertutup oleh rating negaranya yang kurang menarik. Sehingga, peringkat yang disematkan untuk emiten tak bisa terpaut jauh dari rating negaranya. Cuma sekarang, Indonesia sudah menjadi salah satu negara yang menarik untuk berinvestasi. Ini turut membuka tabir yang selama ini menutup prospek emiten.
Hal senada dikemukakan Nico Omer, Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities. "Ketika ekonomi membaik, fundamental perusahaan secara umum akan mengikutinya," imbuh dia. Tapi penting juga mencermati faktor lain. INDY, misalnya. Nico menilai, upgrade rating emiten ini juga karena industri batubara kembali membaik.
Selain rating negara, David menambahkan, fundamental emiten menjadi salah satu penentu naik atau tidaknya peringkat, baik untuk perusahaan maupun obligasi yang mereka rilis.
Jika rating yang disematkan adalah untuk obligasi, maka itu menunjukkan kemampuan penerbit surat utang dalam membayar bunga. Sementara rating yang dilekatkan untuk perusahaan, salah satunya memperlihatkan prospek, terutama kekuatan arus kas emiten itu. "Jangan sampai arus kas hanya cukup membayar obligasi existing, tapi tak bisa ekspansi karena terbebani obligasi itu," jelas David. Jadi, rating turut menentukan kelancaran emiten dalam merilis instrumen utang di kemudian hari.
Nico juga menilai, kenaikan rating emiten menunjukkan fundamentalnya membaik. Dia pun menyukai WIKA. Penetapan kembali rating perusahaan itu menampakkan kesehatan keuangannya masih solid. Tetapi, prospek ini belum tecermin dari harga saham WIKA yang sempat terkoreksi cukup dalam.
Sehingga, Nico merekomendasikan buy on weakness WIKA. Target pertama di Rp 1.925 per saham sedang target kedua di level Rp 2.100 per saham.
David menjagokan TPIA. Pasalnya, TPIA mengambil ancang-ancang untuk berakselerasi. Dia merekomendasikan buy TPIA, dengan target Rp 28.500. "Tapi yang paling penting, banyaknya upgrade rating emiten seharusnya bisa menambah kepercayaan diri investor," sebut David.
Dengan kenaikan rating itu, banyak investor bakal kembali memburu saham di bursa tanah air. David tetap optimistis, IHSG masih mampu menyentuh level 6.100 di sisa tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News