kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.487.000   72.000   2,98%
  • USD/IDR 16.600   5,00   0,03%
  • IDX 8.177   87,95   1,09%
  • KOMPAS100 1.133   13,82   1,23%
  • LQ45 809   12,89   1,62%
  • ISSI 287   1,60   0,56%
  • IDX30 422   7,05   1,70%
  • IDXHIDIV20 479   8,93   1,90%
  • IDX80 126   1,52   1,22%
  • IDXV30 134   0,45   0,34%
  • IDXQ30 134   2,33   1,77%

Investor Kabur dari Saham Konglomerasi, Blue Chips Jadi Primadona Baru


Selasa, 21 Oktober 2025 / 03:58 WIB
Investor Kabur dari Saham Konglomerasi, Blue Chips Jadi Primadona Baru
ILUSTRASI. Investor tampak beralih dari saham-saham konglomerasi yang sebelumnya menopang laju IHSG, menuju saham blue chips. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Sinyal rotasi dana mulai terasa di pasar modal. Investor tampak beralih dari saham-saham konglomerasi yang sebelumnya menopang laju IHSG, menuju saham blue chips berfundamental kuat.

Senin (20/10/2025), indeks LQ45 naik 3,10% ke level 796,31, sementara IHSG menguat 2,19% ke 8.088. Meski begitu, dalam sepekan terakhir, IHSG masih terkoreksi 2,18%, sementara LQ45 hanya naik tipis 0,62%.

Menurut para analis, pergeseran ini menandai perubahan arah strategi investor dari saham berisiko tinggi menuju aset dengan valuasi lebih wajar dan likuiditas besar.

Saham Konglomerasi Tergelincir

Koreksi IHSG belakangan ini tak lepas dari tekanan pada saham-saham konglomerasi besar. Emiten terafiliasi Happy Hapsoro, seperti PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) dan PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), anjlok masing-masing 24,05% dan 23,19% dalam sepekan.

Grup Prajogo Pangestu juga bernasib serupa. Saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), dan PT Petrosea Tbk (PTRO) masing-masing turun antara 3%–20%.

Baca Juga: Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham, Selasa (21/10), Jelang Pengumuman BI Rate

Saham-saham dari jaringan Hashim Djojohadikusumo dan kolaborasi Grup Agung Sedayu–Salim juga tak luput dari tekanan. PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) turun 16,23%, sedangkan PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) melemah 4,28%.

Menurut Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, rotasi dana ini wajar karena terjadinya perbedaan valuasi yang signifikan.

“Harga saham-saham konglomerasi telah meningkat signifikan sejak beberapa minggu terakhir, sementara banyak saham blue chips dengan fundamental kuat justru diterpa tekanan jual. Dus, investor melakukan pergeseran posisi atau profit taking dari saham konglomerasi dan beralih ke saham berfundamental kuat,” jelas Ekky kepada Kontan, Senin (20/10/2025).

Ia menambahkan, rotasi ini juga didorong oleh rencana suntikan dana Danantara, penyaluran BLT pemerintah, serta akumulasi oleh investor institusional lokal.

Perbankan Jadi Magnet Baru

Analis BRI Danareksa Sekuritas, Reza Diofanda, melihat arus dana mulai mengalir deras ke sektor perbankan.

Senin kemarin, saham BBCA, BMRI, BBRI, dan BBNI kompak menghijau dengan kenaikan masing-masing 5%, 6,17%, 5,14%, dan 6,32%. Dalam sepekan, kenaikannya mencapai hingga 8,25% untuk BBCA.

“Salah satu pemicunya ialah ekspektasi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 25 basis poin ke level 4,50% pada 22 Oktober 2025. Bila terjadi, kondisi ini akan menurunkan biaya dana dan memperkuat prospek margin bank,” terang Reza.

Ia menambahkan, dana pensiun domestik juga mulai meningkatkan alokasi portofolio ke saham-saham perbankan, memperkuat likuiditas di sektor ini.

Baca Juga: Prediksi IHSG & Rekomendasi Saham Selasa (21/10): Siaga Jelang Keputusan BI Rate

Secara valuasi, Reza menilai masih ada ruang bagi investor untuk masuk. BBCA, misalnya, kini diperdagangkan di sekitar PBV 3,3 kali, atau 2,4 standar deviasi di bawah rata-rata valuasi lima tahun terakhir. Peluang serupa juga muncul pada BBTN dan BBNI.

Analis Wanti-wanti: Jangan Terlalu Euforia

Namun, tidak semua pihak yakin tren rotasi ini akan bertahan lama.

Harry Su, Managing Director Research and Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, menilai kondisi makroekonomi dan kinerja keuangan konstituen LQ45 belum menunjukkan perbaikan signifikan.

“Koreksi saham konglomerasi memang masih dapat berlanjut dalam jangka pendek, namun belum tentu tren ini berlanjut secara berkepanjangan,” ujarnya.

Reza pun sependapat. Menurutnya, potensi rebound saham konglomerasi masih terbuka, terutama bila beberapa emiten berhasil masuk indeks global MSCI pada November nanti, yang bisa menarik minat investor institusi.

Sementara itu, Ekky menilai tren jangka panjang saham konglomerasi belum berakhir, karena banyak emiten masih memiliki proyek ekspansi dan katalis struktural yang kuat.




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×