kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan harga kertas dunia sokong emiten bubur kertas


Kamis, 21 Juni 2018 / 18:10 WIB
Kenaikan harga kertas dunia sokong emiten bubur kertas


Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsumsi kertas dunia yang terus naik membawa berkah bagi emiten bubur kertas seperti PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM).

Kinerja harga saham INKP dan TKIM juga naik signifikan dalam enam bulan terakhir. INKP naik 304,91% ke level Rp 19.800 per saham, sementara TKIM naik 475,73% menjadi Rp 17.700 per saham.

Begitu juga dengan saham PT Sriwahana Adityakarta Tbk (SWAT) yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (8/6) lalu. Harga SWAT naik 24,71% ke level Rp 424. Tak heran, pasar merespons positif  rencana perusahaan ini untuk ekspansi ke bisnis bahan baku kertas.

Analis Bahana Sekuritas, Gregorius Gary mengatakan, tren industri bubur kertas dunia punya prospek cerah. Harga kertas dunia US$ 636 per ton pada 2017 dan diprediksi naik sekitar 26% setiap tahun. Sebab, tingginya konsumsi bubur kertas dunia tak dibarengi dengan pasokan. Hanya dua negara yang punya peluang memproduksi bubur kertas secara efesien yaitu Indonesia dan Brazil.

Terlebih, dalam dua tahun terakhir pemerintah China sebagai importir kertas dunia terbesar semakin gencar melarang produksi kertas dengan menggunakan limbah kertas alias daur ulang. Ini akan semakin memberi dampak positif bagi industri bubur kertas di Indonesia karena diproduksi langsung dari hutan.

Di antara ketiga saham ini, Gary merekomendasikan TKIM. "Di kuartal III-2017, Tjiwi Kimia mulai investasi untuk memproduksi pulp lewat PT OKI di daerah Ogan Komering Ilir yang lebih efisien karena menggunakan mesin yang lebih baru dan renewable energy," ujar Gary kepada Kontan.co.id, Kamis (21/6).

Gary menilai inovasi ini dapat membuat beban produksi TKIM lebih rendah 20% daripada INKP.

Menurut Kepala Riset Narada Aset Manajemen, Kiswoyo Adi Joe, dari ketiga emiten ini, baik TKIM maupun INKP masih layak jadi incaran investor. "Memang harganya sudah naik cukup tinggi, tapi masih INKP masih berpotensi ke level Rp 22.000 dan TKIM ke Rp 20.000," kata Kiswoyo, Kamis (21/6).

Kiswoyo menilai, peluang ini menyusul banyaknya permintaan produk kemasan kertas untuk menggantikan plastik. Seperti sedotan dan gelas. Di sisi lain, pertumbuhan industri dunia juga mengerek permintaan kemasan berbahan dasar bubur kertas.

Sementara, untuk SWAT, Kiswoyo bilang investor perlu melihat basis pasokan bahan baku produksi kertas perusahaan ini. Jika SWAT memiliki hutan tanaman industri (HTI) seperti Grup Sinarmas induk INKP dan TKIM, emiten ini menarik diperhatikan. Soalnya, bisnis kertas tanpa dukungan kepemilikan HTI membuat perusahaan kurang bersaing.

Analis Panin Sekuritas, William Hartanto menyebut saham perusahaan kertas juga masih punya potensi imbal hasil untuk trading jangka pendek. "Selama harganya di atas moving average masih bisa masuk untuk trading," kata William.

Harga moving average INKP di level Rp 18.980 sedangkan TKIM Rp 15.400. William menyarankan investor yang sudah masuk bisa mengempit saham keduanya lebih lama dengan target Rp 19.000 untuk TKIM dan Rp 22.000 untuk INKP hingga akhir tahun nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×