Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua saham emiten kertas di Bursa Efek Indonesia (BEI) terbang. Kedua saham ini: PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) dan
PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), melonjak lebih dari 300% di sepanjang 2017. Pencapaian itu jauh melampaui pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sebesar 19,99%.
Harga saham TKIM pada akhir 2016 masih di Rp 730 per saham, kemudian pada akhir 2017 menyentuh Rp 2.920 atau melompat 300%. Di periode yang sama, saham INKP sudah melesat 465,44% menjadi Rp 5.400 per saham.
Jika investor masuk di awal 2017, modal yang ditanam menghasilkan cuan berlipat. Akankah momentum tersebut terulang pada tahun ini?
Pemegang saham INKP terdiri dari PT Purinusa Ekapersada yang menguasai 52,72% saham. Sisanya adalah porsi investor publik. Sedangkan pemegang saham TKIM meliputi PT Purinusa Ekapersada sebesar 59,67%, PT Asuransi Simas Jiwa sebesar 5.7%, dan publik sebesar 34,63%.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menyatakan secara fundamental prospek bisnis industri kertas, kemasan, maupun tisu masih kondusif. Hal itu seiring meningkatnya permintaan produk. "Selain pangsa pasar domestik, permintaan ekspor terutama di kawasan Asia masih tinggi," kata dia kepada KONTAN, Kamis (4/1).
Hingga penutupan perdagangan kemarin, saham INKP di level Rp 5.500 dan TKIM di Rp 2.980. Binaartha menyebutkan, target harga INKP sepanjang 2017 sudah tercapai. "Target fundamental INKP sudah tercapai pada level Rp 4.700," ungkap Nafan.
Binaartha belum menetapkan target harga baru INKP untuk 2018. Namun, dia memperkirakan saham INKP masih berpotensi tumbuh. Nafan menilai, price earning ratio (PER) INKP sebesar 5,82 kali. Ini dianggap belum mahal.
Pada 2017, Binaartha memprediksi laba bersih INKP naik 78% menjadi US$ 361,54 juta. "Menariknya, PER INKP lebih rendah dibandingkan TKIM dengan PER 22,78 kali. Sekarang TKIM sudah lumayan mahal," terang Nafan.
Untuk INKP, Binaartha merekomendasikan hold. Pasalnya, secara teknikal pada indikator RSI sudah overbought. Sedang untuk TKIM, Nafan merekomendasikan buy secara bertahap dengan target jangka pendek dan menengah Rp 3.140 dan Rp 3.310. "Untuk jangka panjang, harus menunggu sinyal positif secara teknikal," imbuh Nafan.
Faktor pendorong
Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio menambahkan, secara momentum emiten kertas tahun ini akan diuntungkan. Hal ini tak lain karena adanya sentimen menjelang hajatan pilkada serentak. Momentum pilkada diharapkan bisa mendongkrak permintaan kertas.
Menurut dia, hal tersebut bisa menjadi alasan saham ini melanjutkan kenaikan. "Saat ini, INKP memiliki PER 6,57 kali dan TKIM me 22,8 kali. INKP lebih murah dari TKIM," kata Bertoni.
Dari sisi teknikal, saham TKIM dapat diakumulasi beli pada support terdekat di Rp 2.720. Investor bisa jual dengan memanfaatkan peluang technical rebound di level Rp 3.220. Sedang INKP masih relatif mahal. Sebaiknya akumulasi di support Rp 5.150 dan potensi jual di Rp 5.800. "PER wajar kedua emiten 14 kali," tambah Bertoni.
Prospek industri kertas masih baik. TKIM dan INKP, dua emiten Grup Sinarmas ini, merupakan produsen kertas yang banyak diminati di luar dan dalam negeri. Proyeksi bisnis kertas masih bagus, seiring membaiknya pertumbuhan ekonomi negara.
Sebab, hal tersebut sejalan dengan meningkatnya aktivitas bisnis. Menggeliatnya bisnis tidak luput dari penggunaan kertas. Meski tak bisa dipungkiri, kini bisnis kertas berada di tengah sejumlah ancaman, seperti pertumbuhan penggunaan electronic paper dan laptop sebagai pengganti buku tulis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News