kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan harga BBM dan listrik tantangan Mayora


Jumat, 06 Januari 2017 / 07:56 WIB
Kenaikan harga BBM dan listrik tantangan Mayora


Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Sektor konsumer termasuk sektor yang banyak direkomendasikan analis. Selain defensif, sentimen negatif yang membayangi saham konsumer tak banyak. Melihat prospek ekonomi nasional yang cenderung membaik, bisnis dan kinerja saham emiten konsumer seperti PT Mayora Indah Tbk (MYOR) diyakini masih dapat tumbuh.

Hingga akhir kuartal III-2016, misalnya, kinerja keuangan MYOR cukup positif. Di periode itu, laba bersih MYOR tumbuh 3% year-on-year (yoy) menjadi Rp 897,85 miliar. Adapun pendapatannya menanjak 25% (yoy) menjadi Rp 13,32 triliun.

"Pertumbuhan mungkin bisa dirasakan tahun ini, melihat kondisi makroekonomi,” tulis Analis Mandiri Sekuritas Adrian Joezer dalam risetnya.

Pencapaian MYOR tidak hanya didongkrak dari penjualan domestik yang meningkat 35% (yoy) menjadi Rp 7,46 triliun. Penjualan ekspor emiten ini juga tumbuh 13% (yoy) menjadi Rp 5,86 triliun.

Sepanjang 2016, Adrian memperkirakan MYOR meraih pendapatan Rp 17,47 triliun dan laba bersih Rp 1,34 triliun. Jumlah ini tumbuh masing-masing 18% dan 10% dibandingkan realisasi 2015.

Pada tahun ini, MYOR diprediksi mampu membukukan pendapatan dan laba bersih masing-masing Rp 19,3 triliun dan Rp 1,44 triliun.

Analis Senior Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menilai, tahun ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk saham sektor konsumer. Meski prospek ekonomi Indonesia terbilang baik, pemerintah menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik. Hal ini bisa mempengaruhi daya beli masyarakat dan menghambat kinerja perusahaan.

”Ini bisa menjadi sentimen negatif,” kata Reza.

Sekadar mengingatkan, pemerintah mencabut subsidi listrik bagi pengguna golongan 900 volt ampere (VA). Pengguna tarif ini umumnya segmen menengah ke bawah. Investor juga perlu mewaspadai kemungkinan tarif listrik industri naik.

Bila ini terjadi, beban produksi perusahaan bakal naik. Bisa jadi produsen lantas menaikkan harga jual produk, demi menjaga pendapatan dan margin. Tapi, jika produsen menaikkan harga terlalu tinggi hingga di atas daya beli, konsumen akan enggan membeli. Ini berdampak negatif bagi kinerja.

Kontribusi domestik

Analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya berpendapat, kontribusi pendapatan dari pasar domestik masih menjadi penyumbang utama MYOR. Dengan outlook perekonomian yang masih baik, tentu saham konsumer seperti MYOR masih bisa tumbuh.

"Masih ada pertumbuhan dari segmen domestik,” kata William.

Demi mengerek pendapatan domestik, MYOR menambah produk seperti Bakmi Mewah, minuman Teh Pucuk Harum dan air mineral Le Minerale. Sedang kontribusi pendapatan ekspor kemungkinan masih stagnan, dengan tingkat kurs rupiah yang juga stagnan.

Pendapatan ekspor bisa naik bila perusahaan bisa meningkatkan volume ekspor. William masih merekomendasikan buy MYOR dengan target Rp 2.100 per saham.

Reza merekomendasikan hold dengan target Rp 2.200, sementara Adrian merekomendasikan neutral dengan target Rp 1.800 per saham. Harga saham MYOR kemarin (5/1) ditutup menurun 1,69% menjadi Rp 1.750 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×