kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan harga batubara masih labil, simak rekomendasi saham batubara berikut


Selasa, 22 September 2020 / 18:09 WIB
Kenaikan harga batubara masih labil, simak rekomendasi saham batubara berikut
ILUSTRASI. Harga batubara tengah bertenaga dalam tiga hari terakhir, menguat hampir menyentuh level US$ 60 per ton


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara tengah bertenaga dalam tiga hari terakhir, menguat hampir menyentuh level US$ 60 per ton. Meski begitu, Analis Philip Sekuritas Debbi Naomi Panjaitan menjelaskan batubara menjadi satu-satunya komoditas yang belum mengalami rebound, mempertimbangkan pemulihan ekonomi, terutama China sebagai net importer batubara terbesar di dunia sudah dimulai. 

Koreksi harga batubara memang sudah terjadi dari 2018. Harga batubara tahun ini semakin turun tajam karena pandemi Covid-19. Penurunan harga batubara dan kondisi yang belum rebound selama ini karena China menerapkan kebijakan pembatasan impor batubara. Mereka ingin menggunakan batubara dalam negeri.

"Pemulihan ekonomi China yang dimulai membuat kebutuhan batubara China juga meningkat, dan ini membuat supply terus berkurang. Demand meningkat, supply kurang, otomatis harga batubara dalam negeri China naik. Saat ini sudah sampai US$ 81 per ton," kata Debbi. 

Baca Juga: Harga batubara naik, saham batubara masih direkomendasikan wait and see

Kenaikan batubara dalam negeri China dengan spread yang cukup besar di kisaran US$ 20 per ton-US$ 30 per ton dibanding batubara Newcastle, tidak baik bagi industri batubara China. Apalagi permintaan tentu akan terus meningkat. Salah satu cara untuk menstabilkan harga batubara dalam negeri China, pemerintah Tiongkok harus merelaksasi pembatasan impor tersebut. Jika ini terjadi, batubara Newcastle pasti akan naik.

Debbi memprediksi kisaran harga batubara tahun ini akan berada di rata-rata US$ 54,7 per ton sebelum menguat pada tahun 2021 menjadi US$ 64,7 per ton. "Harga dalam negeri batubara China sudah sangat tinggi, makanya muncul analisis realisasi relaksasi restriksi impor, itu yang membuat tiga hari ini batubara menguat," kata Debbi. 

Jika relaksasi restriksi impor benar-benar terjadi, Debbi mengatakan saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Indika Energy Tbk (INDY) pasti bakal diuntungkan. Namun, diantara ketiga saham tersebut ADRO dinilai paling menjanjikan. 

Alasannya, ADRO dinilai memiliki upaya efisiensi paling baik dan agresif dalam melakukan diferensiasi bisnis. Salah satunya proyek pembangkit listrik di Kalimantan yang ditargetkan selesai pada akhir tahun ini. 

Baca Juga: Harga komoditas logam industri berpeluang rebound di akhir tahun

Selain ADRO, Debbi juga merekomendasikan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) patut dicermati karena permintaan dalam negeri dikuasai oleh perusahaan batubara tersebut. Proyek batubara kalori rendah yang akan digarap pemerintah juga bekerjasama dengan PTBA. 

Debbie memberi target harga pada ADRO mencapai Rp 1.300 dan PTBA sebesar Rp 2.300 dalam 12 bulan ke depan. Adapun harga ADRO pada Selasa (22/9) ditutup pada level Rp 1.160 dan PTBA di level Rp 2.000. 

Di tengah lesunya indeks saham batubara sejak akhir tahun justru saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) mengalami penguatan 23,11%. Mengenai kondisi tersebut, Debbi menjelaskan saat ini HRUM memiliki posisi neraca keuangan yang positif (net cash). "Namun harganya sudah terlalu tinggi saat ini dan fairly valued. Boleh sell on strength," kata dia. 

Baca Juga: Fundamental lemah, harga batubara diprediksi kembali fluktuatif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×