kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan harga batubara diproyeksi tidak akan bertahan lama


Jumat, 25 Juni 2021 / 16:42 WIB
Kenaikan harga batubara diproyeksi tidak akan bertahan lama
ILUSTRASI. Sebuah kapal tongkang pengangkut batubara melintas di Sungai Musi, Palembang. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/rwa.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Batubara menjadi salah satu komoditas yang harganya cukup mentereng sepanjang tahun ini. Kemarin, harga batubara ICE Newcastle berada di US$ 128,4 per ton. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2011 silam. Sementara jika dihitung secara year to date, penguatan harga batubara sudah sebesar 59,47%.

Hanya saja, kenaikan harga komoditas energi ini diproyeksi tidak akan berlangsung lama. Dalam risetnya yang dipublikasikan Kamis (24/6), Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo menyebut, kenaikan harga batubara akan bersifat sementara dan harga batubara dapat mulai turun segera setelah kuartal II-2021 berakhir.

Hal ini terutama disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti China yang berfokus untuk meningkatkan hasil produksi batubaranya pasca pandemi, rencana pencabutan larangan impor batubara dari Australia, peningkatan kapasitas angkutan jalan kereta api batubara, dan perbaikan kondisi logistik seiring cuaca yang berangsur normal.

Thomas memperkirakan China akan memproduksi 63 juta ton tambahan produksi batubara thermal pada tahun ini, sehingga total pasokan di China menjadi 3,21 miliar ton. Namun, karena ada lonjakan permintaan dan gangguan pasokan China yang baru-baru ini terjadi, Thomas memperkirakan impor batubara China hanya akan turun sebesar 2,4% menjadi 200 juta ton di tahun ini.

Baca Juga: Jadi sumber penerimaan PPN baru, batubara menyumbang hampir setengah triliun

Di sisi lain, banjir di China memicu permintaan batubara thermal dan menyebabkan pasokan tergganggu. Curah hujan yang tinggi telah menaikkan permukaan air Sungai Yangtze, sehingga mengganggu operasional pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Kondisi ini membuat permintaan pembangkit listrik batubara thermal tetap terjaga.

Selain itu, badai topan dan curah hujan yang lebih tinggi mengganggu produksi batubara China sehingga pasokan menjadi ketat, yang pada awalnya disebabkan oleh larangan impor batubara Australia.

Akibatnya, persediaan pelabuhan batubara Qinhuangdao perlahan menurun sebesar 7,9% dari titik tertinggi di bulan Maret (5,5 juta ton) menjadi 5,04 juta ton saat ini.

Ciptadana Sekuritas mempertahankan rating netral untuk sektor tambang batubara. Hal ini terlepas dari peningkatan permintaan listrik di China dan dampak positif dari gangguan pasokan China karena curah hujan yang tinggi.

Namun, kegiatan operasional penambangan batubara di China diperkirakan akan kembali normal pada paruh kedua 2021, sehingga akan mengurangi permintaan batubara thermal ekspor (seaborne).

Kondisi ini dapat diperparah oleh rencana China untuk mencabut larangan impor batubara dari Australia, yang dapat bisa membuat batubara dari Negeri Kanguru tersebut membanjiri pasar China.

Pilihan utama (top picks) Ciptadana Sekuritas untuk sektor batubara adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yakni rekomendasi beli dengan target harga Rp1.850. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga menjadi top picks dan direkomendasikan beli dengan target harga Rp 3.400.

Kedua penambang ini dinilai memiliki umur cadangan tambang yang cukup, portofolio yang beragam, dan sistem penambangan yang terintegrasi.

Selain itu, Ciptadana Sekuritas juga menyematkan rekomendasi beli saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan target harga Rp 18.500 dan beli saham PT Harum Energy Tbk (HRUM)  dengan target harga Rp 5.930.

Selanjutnya: Menteri ESDM tegaskan komitmen hilirisasi minerba

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×