kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.917   13,00   0,08%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Kenaikan cukai dan pelemahan daya beli membayangi saham rokok


Kamis, 22 Oktober 2020 / 18:32 WIB
Kenaikan cukai dan pelemahan daya beli membayangi saham rokok
ILUSTRASI. Pelemahan daya beli dan wacana kenaikan cukai rokok membayangi pergerakan saham-saham emiten rokok.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan daya beli dan wacana kenaikan cukai rokok membayangi pergerakan saham-saham emiten rokok. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai, secara industri prospek saham-saham rokok tidak terlalu bagus.

"Mengingat, bakal ada kenaikan cukai rokok yang akan menekan kinerja emiten-emiten rokok," kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Kamis (22/10).

Sebelumnya beredar informasi pemerintah berencana menaikkan cukai hasil tembakau (CHT) sebesar 17% untuk tahun 2021. Di lain sisi kinerja perusahaan rokok masih melemah di tengah pandemi Covid-19.

Adapun total volume penjualan rokok di Indonesia menyusut 9,4% menjadi 201,7 miliar batang pada periode Januari hingga September 2020. Menurut Sukarno, belum ada sentimen positif yang dapat mengangkat saham-saham sektor ini.

Baca Juga: Saham-saham emiten rokok masih tertekan, apa kata analis?

Meski demikian, dia melihat saham PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) masih menarik jika dilihat secara kinerja dan valuasi. Dari sisi kinerja, RMBA berhasil mengikis rugi bersih dari Rp 380,59 miliar pada semester I-2019 menjadi Rp 165,44 miliar pada semester pertama tahun ini. Meski demikian pendapatan RMBA masih menyusut dari Rp 10,22 triliun menjadi Rp 7,59 triliun pada paruh pertama tahun ini.

Selain itu, secara valuasi saham RMBA juga sudah terdiskon jika dibandingkan dengan yang lainnya. Saat ini PER RMBA tercatat -40,48 kali dengan PBV di 1,62 kali. Sementara PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) memiliki PER 16,66 kali dengan PBV di 6,12 kali, dan PER PT Gudang Garam Tbk (GGRM) tercatat 10,07 kali dengan PBV 1,41 kali. Walaupun begitu, saham RMBA kurang likuid sehingga ia memberikan rekomendasi wait and see untuk RMBA.

Selanjutnya, Sukarno berpendapat saham PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) juga menarik untuk dilirik lantaran naiknya cukai rokok malah memberikan dampak positif untuk emiten ini. Dalam catatan Kontan, ITIC menyebutkan tembakau iris dalam kemasan dapat jadi alternatif merokok dengan harga yang lebih ekonomis.

Baca Juga: Saham rokok berguguran, tersundut isu kenaikan cukai rokok (20/10)

"Produknya bisa jadi alternatif atas kenaikan cukai rokok. Masyarakat menengah ke bawah bisa beralih ke yang lebih murah," tambah Sukarno.

Sukarno merekomendasikan trading buy ITIC dengan target harga Rp 1.040. Sementara itu, dia menyarankan pelaku pasar untuk wait and see dulu saham GGRM dan HMSP sembari menunggu momentum teknikal kembali menunjukkan sinyal beli.

Pada perdagangan Kamis (22/10) saham ITIC menguat hingga 24,48% ke harga Rp 890 per saham, sementara GGRM melemah 2,26% ke harga Rp 40.000, HMSP turun 1,06% ke harga Rp 1.400 per saham, dan RMBA minus 0,54% ke harga Rp 368.

Baca Juga: Kenaikan cukai rokok masih belum jelas, saham GGRM, HMSP, WIIM masih dijagokan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×