kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kenaikan bunga KPR tekan properti menengah bawah


Sabtu, 30 Agustus 2014 / 05:06 WIB
Kenaikan bunga KPR tekan properti menengah bawah
ILUSTRASI. Menara BNI Pejompongan, Jakarta Pusat.


Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Tantangan pengembang properti kian berat. Setelah kinerja semester I 2014 melambat, emiten properti bakal tertekan rencana bank mengerek suku bunga KPR pada paruh kedua tahun ini. Sejumlah bank berniat menaikkan bunga KPR di kisaran 0,25% hingga 0,5%.

Analis menilai, kenaikan bunga KPR akan menghambat penjualan properti. Terutama bagi emiten properti yang mengandalkan penjualan rumah. "Sebab mayoritas konsumen ini memakai KPR sebagai skema membeli rumah," ujar Thendra Chrisnanda, analis BNI Securities, Jumat (29/8).

Tapi Thendra melihat, efek kenaikan bunga KPR tak sebesar seperti kenaikan bunga dan pengetatan likuiditas di tahun lalu. Sebab, kondisi politik Indonesia mulai stabil, sehingga membuka peluang masuknya investasi asing. "Dengan begitu, potensi penjualan lahan komersial seperti industri atau perkantoran semakin besar," tutur Thendra. Apalagi asing tak terpengaruh kenaikan bunga KPR.

Melvina Wildasari, analis Trimegah Securities menilai, efek kenaikan bunga KPR akan memukul kelas menengah bawah. Tahun lalu, pengetatan KPR menekan segmen menengah atas. Tapi pengembang punya strategi dengan memberi cicilan lebih panjang. Kini, bila bunga naik, efeknya memukul segmen menengah bawah. "Pengembang properti yang menyasar konsumen menengah bawah tak punya skema cicilan pembayaran lebih panjang. Jadi kenaikan KPR bisa memberatkan konsumen," jelas dia.

Namun, secara historis, kenaikan bunga KPR tak terlalu memberatkan jika bunganya tak melampaui 13%. Kini bunga KPR di level 11%-12%. Jika KPR naik ke 11,25%-12,5%, maka masih di batas aman. Melvina melihat, pengembang properti yang bisa terkena efek kenaikan KPR adalah MTLA. "Sebagian besar penjualan emiten ini ke konsumen menengah bawah," ujar dia.

Thendra bilang, emiten yang tak goyang terkena imbas kenaikan bunga KPR adalah emiten yang punya modal kuat, seperti CTRA, SMRA, BSDE dan LPKR.

Dalam jangka pendek, analis Sucorinvest Central Gani, Michele Gabriela, tak merekomendasikan saham properti. Sebab, marketing sales sebagian besar emiten properti menyusut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×