Reporter: Umi Kulsum | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga surat utang negara (SUN) pada penutupan perdagangan Senin (20/2) tercatat mengalami penurunan. Berdasarkan situs Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), indeks INDOBeX Government Clean Price turun sebesar 0,08% ke level 111,99 dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra mengatakan bahwa volume perdagangan SUN yang dilaporkan pada perdagangan di hari Senin, senilai Rp 9 triliun dari 40 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp 2,65 triliun.
Obligasi Negara seri FR0059 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp 1,11 triliun dari 54 kali transaksi di harga rata - rata 96,31% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0061 senilai Rp 926,05 miliar dari 44 kali transaksi di harga rata - rata 99,12%.
Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp 1,59 triliun dari 36 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.
Obligasi Berkelanjutan II Japfa Tahap I Tahun 2016 Seri A (JPFA02ACN1) masih menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp 332,9 miliar dari 9 kali transaksi di harga rata - rata 100,12% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank III Tahap III Tahun 2016 Seri B (BEXI03BCN3) senilai Rp 236 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 100,23%.
Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika kembali ditutup melemah, pada level 13354,00 per dollar Amerika, mengalami pelemahan sebesar 21,00 pts (0,16%) dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya.
Bergerak dengan mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 13336,00 hingga 13363,00 per dollar AS, pelemahan nilai tukar rupiah seiring dengan pergerakan mata uang regional yang juga cenderung mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika.
Sementara, mata uang Peso Philippina (PHP) memimpin pelemahan mata uang regional di tengah meningkatnya permintaan dollar Amerika oleh korporasi di negara tersebut dan diikuti oleh pelemahan mata uang Yen Jepang (JPY).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News