Reporter: Umi Kulsum | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga surat utang negara (SUN) pada penutupan perdagangan Selasa (14/2) tercatat mengalami penurunan.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra memprediksi, harga SUN pada hari ini masih akan melanjutkan pelemahan. Pasalnya, imbal hasil surat utang global bergerak naik di tengah spekulasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika yang akan dilakukan lebih cepat dari yang diperkirakan.
"Kami melihat harga SUN pada perdagangan hari ini diprediksi mengalami pelemahan," katanya.
Kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika (FED Fund Rate/FFR) diperkirakan akan naik di bulan Maret 2017 sebagai respon atas menguatnya data inflasi di bulan Januari 2017 serta pidato dari Gubernur Bank Sentral Amerika yang disampaikan di hadapan kongres pada hari Selasa, di mana Janet Yellen menyatakan bahwa Bank Sentral Amerika masih akan tergantung pada perkembangan data ekonomi Amerika sebelum memutuskan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika.
Spekulasi kenaikan FFR menguat setelah data inflasi di bulan Januari 2017 naik sebesar 0,6% (MoM) serta sebesar 2,5% (YoY) di atas ekspektasi analis yang sebesar 0,3% (MoM) di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak.
Kenaikan inflasi tahunan yang sebesar 2,5% di atas target Bank Sentral Amerika yang sebesar 2,0% akan meningkatkan peluang terjadinya kenaikan FFR dimana jadwal terdekat dari Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika adalah di bulan Maret (14 - 15).
Kondisi ini juga mendorong US Treasury dengan tenor 10 tahun menembus level 2,50% yaitu pada kisaran 2,508%. Begitu pula imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) dan Inggris (Gilt) dengan tenor yang sama juga mengalami kenaikan masing-masing di level 0,379% dan 1,304%.
Adapun sentimen dari faktor domestik, investor masih akan menanti hasil dari pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang akan berakhir pada tanggal 16 Februari 2017.
Analis memperkirakan, Bank Indonesia masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75% yang akan diikuti oleh data neraca perdagangan di bulan Januari 2017 dan statistik Utang Luar Negeri (ULN) untuk periode Desember 2016 di hari Jum'at, 17 Februari 2017.
Made menambahkan, secara teknikal, harga SUN masih berada pada area konsolidasi, sehingga pergerakan harga masih akan cenderung bergerak mendatar (sideways) meskipun akan terbuka mengalami koreksi yang dipengaruhi oleh faktor eksternal.
"Dengan beberapa kondisi tersebut, kami menyarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga SUN," kata dia.
Hingga pelaksanan FOMC Meeting di bulan Maret 2017, Made memperkirakan pasar akan bergerak fluktuatif sehingga dia menyarankan strategi trading guna mengoptimalkan portofolio investasi dengan pilihan masih pada seri FR0066, FR0032, FR0069, FR0036, ORI013, FR0053 dan FR0070.
Sekedar informasi, pemerintah meraup dana senilai Rp 18,43 triliun dari lelang penjualan Surat Utang Negara seri SPN03170515 (New Issuance), SPN12180201 (Reopening), FR0059 (Reopening), FR0074 (Reopening), dan FR0072 (Reopening) pada hari Selasa (14/2).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News