Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi cenderung tertekan sepanjang Oktober 2017. Tekanan pasar terutama bersumber dari keluarnya dana asing dari pasar obligasi domestik.
Sepanjang Oktober lalu, investasi di obligasi pemerintah, sebagaimana tergambar dari INDOBeX Government Total Return, merugi 1,32%. Kinerja obligasi pemerintah turun karena asing banyak keluar dari pasar obligasi. "Asing mencatat net sell cukup besar sebulan terakhir," kata Ahmad Mikail, Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, kemarin.
Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko menunjukkan, total dana asing di surat berharga negara (SBN) pada 31 Oktober sebesar Rp 796,20 triliun. Jika dibandingkan dengan posisi akhir September, jumlahnya turun Rp 23,17 triliun.
Ahmad menilai, hengkangnya asing membuat harga obligasi turun, sedangkan yield naik hingga menyentuh 6,8% untuk obligasi tenor 10 tahun. Saat ini, menurut dia, yield obligasi pemerintah turun lagi karena sentimen Jerome Powell yang dipilih sebagai Gubernur The Fed, serta rupiah cenderung menguat.
Kepala Divisi Operasional Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ifan Mohamad Ihsan mengatakan, penurunan return obligasi pemerintah bulan lalu disebabkan oleh sentimen global. Pertama, penantian pasar atas siapa pengganti Gubernur The Federal Reserve.
Kedua, antisipasi pasar terhadap kebijakan reformasi pajak di Amerika Serikat (AS). Ketiga, rapat European Central Bank (ECB) terkait quantitative easing yang memangkas separuh stimulus menjadi 30 miliar per bulan.
Keempat, kemungkinan Bank of England (BoE) menaikkan suku bunga acuannya. "Sentimen-sentimen tersebut membuat investor asing keluar sementara dari aset-aset berisiko sambil menunggu situasi," kata Ifan.
Obligasi korporasi
Di periode yang sama, investasi obligasi korporasi masih mencetak return meski tipis. Ini tercermin dari pergerakan INDOBeX Corporate Total Return yang naik 0,07%. Ifan mengatakan positifnya kinerja obligasi korporasi disebabkan tingginya kupon.
Namun bila dicermati lebih dalam, sepanjang bulan kemarin sebenarnya pergerakan harga obligasi korporasi justru turun 0,7% dibanding penutupan September 2017. "Turunnya harga mengikuti pergerakan obligasi pemerintah," kata Ifan.
Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar menilai, obligasi korporasi lebih lambat dalam merespons sentimen dibanding dengan obligasi pemerintah. "Obligasi korporasi baru merespons bila terjadi tren, namun saat ini kondisi global di Oktober hanya sentimen sementara bukan tren," kata Anil.
Menurut Anil, selama pemerintah masih bisa menjaga inflasi tetap di level rendah dan nilai tukar rupiah stabil, maka investasi obligasi masih menarik dan bisa memberikan keuntungan bagi investor.
Apalagi saat ini, perbankan sudah mulai menurunkan suku bunga deposito. Ini akan menguntungkan pasar obligasi karena bisa menjadi pilihan menarik bagi investor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News