Reporter: Muhammad Khairul | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Keperkasaan dollar Amerika Serikat (AS) masih belum terbendung. Menutup pekan lalu, index dollar AS melambung ke level tertinggi dua tahun di posisi 82,402.
Kecemasan pelaku pasar terkait masa depan pemulihan krisis di Uni Eropa tak juga berujung. Hal inilah yang menjadi dinamo utama penguatan dollar
AS sebagai valuta safe haven. "Pekan lalu, euro terjatuh hingga ke US$ 1,24," kata Apressyanti Senthaury, analis Bank BNI, Senin (28/5).
Kemarin, dollar AS memang terkoreksi tipis terhadap beberapa valuta utama dunia. Pasalnya, bursa AS tengah libur karena perayaan Memorial Day.
Namun, hari ini, dominasi dollar AS diprediksi akan kembali. "Konsentrasi pasar masih ke Yunani, volatilitas masih akan tinggi hingga pemilu ulang Yunani digelar 17 Juni nanti," terang Apressyanti.
Tonny Mariano, analis Harvest International Futures, juga memprediksi, keperkasaan dollar AS masih akan berlanjut. Apalagi, Eropa bukan cuma dibebani masalah Yunani, melainkan juga isu penularan krisis ke negara-negara berukuran ekonomi lebih besar, seperti Spanyol dan Italia.
Pendapat lain dikemukakan oleh Albertus Christian, analis Monex Investindo Futures. Menurutnya, pekan ini dollar AS berpotensi melemah seiring rilis data ekonomi terbaru AS yang diprediksi jelek.
Pekan ini, pasar menanti pengumuman data Produk Domestik Bruto (PDB) dan non-farm payroll AS. PDB Negeri Paman Sam kuartal I 2012 direvisi dari tumbuh 2,2% menjadi 1,9%. “Pasalnya, ada beberapa faktor, seperti laporan penjualan ritel yang cukup lemah dan membengkaknya defisit neraca perdagangan,” ungkapnya.
Adapun data ketenagakerjaan di luar sektor pertanian atau non-farm payroll diprediksi akan naik 152.000 pekerja. “Walaupun naik dari bulan sebelumnya, sudah tiga bulan berturut-turut angkanya di bawah 200.000. Berarti, kemungkinan angka pengangguran lebih tinggi dari 8,1%,” ujar Albertus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News