Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tidak bisa menghindari kelamnya kejatuhan harga batubara sepanjang tahun ini. Hal itu tecermin dari laporan keuangan Semester I 2015. Laba bersih PTBA anjlok hingga 31,2% year on year (yoy) menjadi Rp 795 miliar. Pada periode itu, harga jual rata-rata tertimbang batubara memang turun 3%, menjadi Rp 703.005 per ton dibandingkan harga jual rata-rata di periode sama tahun lalu, Rp 726.766 per ton.
Hingga akhir 2015, analis memprediksi, bisnis PTBA masih banyak mendapat rintangan. Selain perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan dalam negeri, PTBA masih dibayangi belum pulihnya harga komoditas. Sebenarnya, meski tipis, penjualan PTBA masih naik. Per semester I 2015, penjualan senilai Rp 6,5 triliun, naik 1,3% (yoy). Margin laba bersih turun menjadi 13% dari 18%.
William Simadiputra, analis DBS Vickers Securities, dalam riset 4 September 2015, mengatakan, harga jual rata-rata batubara diperkirakan masih turun 7% (yoy) menjadi Rp 716.000 per ton sepanjang tahun ini. Sampai Juni 2015, PTBA menjual 9,03 juta ton batubara atau 2,02% lebih tinggi dari semester pertama tahun lalu. Penjualan terdiri dari ekspor sebesar 49%. Sisanya adalah penjualan di pasar domestik. Sementara PTBA mencetak produksi batubara 9,14 juta ton, naik 4% (yoy).
William memprediksi, produksi dan penjualan batubara PTBA masih bisa naik menjadi 18,5 juta ton tahun ini dan akan melambung menjadi 22,8 juta ton di tahun 2017. "Hal ini karena ada kenaikan kapasitas angkutan kereta api," ujar dia.
Todd Showalter, analis Samuel Sekuritas Indonesia, juga memprediksi, sampai akhir tahun laba bersih PTBA menurun. Namun, harapannya, ada penjualan yang lebih baik di semester kedua dibandingkan enam bulan pertama sebelumnya. "Memang masih ada risiko penurunan permintaan batubara dari China," ujar Todd.
Ia melihat, pendapatan PTBA di akhir 2015 masih bisa naik 6,7% (yoy) ke Rp 14,2 triliun. Tapi laba bersih berpotensi menurun 22,9% menjadi Rp 1,5 triliun. Katalis positif adalah selesainya pembangunan jalur ganda kereta api yang mendongkrak kapasitas angkut menjadi 22,7 juta ton setahun mulai semester II 2015.
Lydia Toisuta, analis JP Morgan, dalam riset 30 Juli lalu juga memperkirakan, pendapatan PTBA di akhir 2015 hanya akan tumbuh 3% menjadi Rp 13,4 triluun. Margin laba bersih diperkirakan turun dari 15% di tahun lalu menjadi 12% di tahun ini. Pasalnya, PTBA memiliki risiko tambahan ongkos royalti yang harus dibayar jika beleid kenaikan royalti untuk perusahaan tambang diterapkan.
Dengan beberapa tekanan itu, William memperkirakan, belanja modal PTBA masih flat seperti tahun lalu, yakni Rp 1,2 triliun. Belanja ini akan mengalir untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan batubara dan mengembangkan beberapa bisnis pembangkit listrik PTBA, yakni PLTU 2x110 MW di Banjarsari dan PLTU Banko Tengah dengan kapasitas 2x620 MW.
William merekomendasikan hold PTBA dengan target Rp 5.500 per saham. Todd juga merekomendasikan hold dengan target Rp 6.800. Lydia merekomendasikan overweight, target di Rp 10.500. Harga saham PTBA kemarin turun 2,5% ke Rp 5.850.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News