Reporter: Ruisa Khoiriyah, Adi Wikanto, Anastasia Lilin Y | Editor: Imanuel Alexander
JAKARTA. Pesona Indonesia sulit pupus di mata Negeri Sakura, Jepang. Bekas penjajah negeri kita itu hingga kini masih tercatat sebagai salah satu investor asing terbesar di Indonesia.
Mengutip data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), nilai penanaman modal asing investor Jepang di Indonesia tahun lalu mencapai US$ 1,51 miliar. Tahun ini, hampir pasti realisasinya bakal lebih besar. Maklumlah, hingga kuartal III lalu, nilai PMA Jepang sudah mencapai US$ 1,8 miliar, atau mencapai 10% dari total nilai investasi asing di tanah air.
Mendekati ujung tahun 2012, ekspansi pemodal Negeri Matahari Terbit semakin kencang. Beberapa waktu lalu,
tercatat beberapa korporasi lokal menjalin kerjasama dengan perusahaan Jepang. Baik dalam bentuk joint venture maupun joint operation.
Sebut saja, PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) yang menggandeng dua perusahaan Jepang untuk mengembangkan bisnis kawasan industri. Nah, invasi pemodal Jepang tak melulu di bisnis properti atau otomotif, lo. Bisnis keuangan pun tak luput dari teropong ekspansi mereka.
Kabar yang berhembus dari Jepang menyebutkan, Dai-ichi Life Insurance Co Ltd dan Fukoku Mutual Life Insurance Co, tengah membidik PT Panin Life, perusahaan asuransi PT Panin Financial Tbk (PNLF).
Sumber Reuters membisikkan, jumlah saham yang diincar dua investor itu tak sedikit, yakni sebesar 40% saham Panin Life senilai US$ 200 juta atau sekitar Rp 1,92 triliun.
Panin Life memiliki aset Rp 3,52 triliun per 30 September 2012. Nilai 40% aset Panin Life berkisar Rp 1,41 triliun. Jika asumsi nilai pembelian Panin Life Rp 1,92 triliun, maka boleh dibilang ada premium Rp 517 miliar yang di kantongi Panin Financial selaku induk.
Bank of America Merril Lynch telah ditunjuk sebagai penasihat keuangan Panin Life. Asal tahu saja, sebelum ditaksir oleh Dai-ichi dan Fukoku, Panin Life juga sempat ditaksir oleh Nippon Life, perusahaan asuransi terbesar di Jepang.
Vice President Director Panin Life Simon Imanto tak membantah kabar tersebut. Saat ini, pengendali Panin Life tengah berada dalam proses penjajakan kerjasama dengan mitra bisnis potensial. “Yang kami jajaki adalah kerjasama strategis, bukan akuisisi,” kata dia.
Seperti apa bentuk kerjasama strategis dengan perusahaan asuransi Jepang itu, manajemen Panin Life memilih bungkam. Tidak tertutup kemungkinan, Dai-ichi dan Fukoka menjadi investor Panin Life melalui pembelian sebagian saham perusahaan ini. Bisa pula perusahaan Jepang ini membentuk joint venture atau joint operation dengan Panin Life.
Manajemen Panin Life mengelak membeberkan lebih jauh perincian rencana kerjasama itu. Termasuk berapa nilai saham Panin Life yang akan dilepas kepada si mitra baru berikut nilainya. “Tahapnya baru diskusi dan proses masih berlangsung,” kilah Simon, diplomatis.
Presiden Direktur Panin Financial Fadjar Gunawan menambahkan, perusahaannya memang tengah mencari mitra baru untuk mengembangkan bisnis. “Grup kami memang besar, tapi masih ada yang lebih besar dan kami butuh kerjasama dengan pemain besar,” ujarnya.
Cenderung positif
Asal tahu saja, Panin Life dahulu bernama Panin Anugrah Life. Sebesar 99,99% sahamnya dimiliki oleh Panin Financial, yang sejak tahun 2010 lalu menjadi induk usaha Grup Panin.
Selain memiliki Panin Life, Panin Financial yang dahulu bernama PT Panin Life Tbk itu, juga memiliki Panin Internasional dan Epanin Dotcom. Panin Financial juga tercatat sebagai pengendali 45,94% saham PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) alias Panin Bank.
Boleh jadi, menggaet rekanan anyar merupakan rencana mendesak yang mesti Panin Financial lakukan agar kinerja di masa mendatang lebih moncer. Maklum, persaingan di bisnis asuransi saat ini makin ketat. Apalagi kinerja terakhir Panin Financial kurang menggigit.
Mengutip laporan keuangan kuartal III, pendapatan premi perusahaan ini turun tipis 2% dibandingkan periode sama tahun lalu menjadi Rp 1,57 triliun. Untung saja, pada periode itu, pendapatan bersih konsolidasi Panin Financial masih mampu tumbuh 13,5% menjadi Rp 1,76 triliun. Alhasil, laba bersih Panin Financial berhasil naik 29% menjadi Rp 858 miliar.
Di mata analis, rencana menggandeng investor baru bisa berdampak positif bagi emiten ini. Apalagi, calon peminang Panin Life merupakan pemain bisnis asuransi juga dengan skala bisnis lebih besar. Dus, Panin Financial bisa berharap perusahaan asuransinya makin menggeliat dengan jaringan dan sistem si mitra.
Masuknya investor baru ke tubuh Panin Life juga bisa mengalirkan modal segar ke perusahaan yang bisa dimanfaatkan untuk modal kerja atau meringankan beban kewajiban.
Per 30 September, pos kewajiban Panin Financial mencapai Rp 3,1 triliun. Sebanyak Rp 1,58 triliun adalah kewajiban jangka pendek, termasuk utang usaha Rp 86,98 miliar.
Analis MNC Securities Reza Nugraha mencatat, saat ini, rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) Panin Financial 0,3 kali, dan berpotensi menjadi 0,2 kali - 0,1 kali setelah penjualan Panin Life. DER industri saat ini, merujuk data RTI, 1,57 kali.
Alhasil, menurut Reza, harga saham PNLF berpeluang naik ke kisaran Rp 150 - Rp 170 per saham dalam setahun ke depan. Ia merekomendasikan investor untuk membeli saham PNLF.
Analis Anugerah Securindo Indah Bertoni Rio melihat, rencana akuisisi 40% saham Panin Life oleh investor Jepang itu hanya menjadi sentimen sesaat bagi harga saham PNLF.
Kendati demikian, profil keuangan emiten ini berpotensi membaik di masa mendatang. Hitungan dia, rasio utang PNLF berpeluang menurun ke level 0,2 kali. Rasio laba bersih terhadap ekuitas (ROE) bisa naik menjadi 13 kali. Sedang, ROA atau rasio laba bersih atas aset diprediksi menjadi 10 kali.
Untuk rentang setahun ke depan, Bertoni memprediksi harga PNLF berkisar Rp 135 - Rp 160 per saham. “Investor bisa speculative buy saat harga di Rp 130 per saham,” kata dia. Pada perdagangan Kamis (13/12), PNLF ditutup di harga Rp 139 per saham.
***Sumber : KONTAN MINGGUAN 12 - XVII, 2012 Saham
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News