kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri boleh panen, investor belum tentu


Kamis, 20 Desember 2012 / 13:33 WIB
Industri boleh panen, investor belum tentu
ILUSTRASI. Sepeda lipat Pacific Noris 2.2 SR


Reporter: Harris Hadinata, Teddy Gumilar | Editor: Imanuel Alexander

JAKARTA. Akhir tahun merupakan salah satu periode yang ditunggu-tunggu banyak orang. Maklumlah, momen akhir tahun ini sudah identik dengan liburan. Anda, mungkin, termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang sudah mengajukan permohonan cuti ke kantor Anda, agar bisa berlibur panjang dengan tenang.

Bukan cuma Anda, lo, yang girang menyambut momen akhir tahun. Para pengusaha ritel juga sudah menunggu-nunggu datangnya momen tersebut. Libur akhir tahun merupakan salah satu momen yang dimanfaatkan pengusaha ritel untuk memenuhi pundi labanya.

Maklum, di akhir tahun, banyak perusahaan yang membagikan bonus untuk para karyawannya. Selain itu, ada pula pekerja yang menerima tunjangan hari raya (THR) natal. Duit bonus tersebut, biasanya, bakal digunakan untuk kebutuhan konsumtif.

Menurut analis Mandiri Sekuritas Adrian Joezer, secara historis, kontribusi penjualan perusahaan ritel di kuartal empat termasuk cukup tinggi. Penjualan di periode tersebut rata-rata bisa mencapai sekitar 28% dari total penjualan sepanjang tahun.

Melihat siklus itu, tak perlu heran jika para perusahaan ritel tak pernah melewatkan momen di akhir tahun untuk menggenjot kinerjanya. Mereka berlomba-lomba menggelar program diskon dan promosi, saat natal maupun tahun baru, untuk menggaet pembeli.

Harga turun

Meski industri ritel selalu bergairah di akhir tahun, para investor tak boleh asal menubruk saham di sektor ini. Sebab, belum tentu, harga saham-saham ritel ikut mendaki mengikuti grafi k penjualan mereka.

“Biasanya, sentimen libur akhir tahun sudah tercermin di harga saham sejak beberapa saat sebelumnya,” kata Ivan Chamdani, analis Trimegah Securities.

Tambah lagi, harga sahamsaham di sektor ritel sudah melesat cukup tinggi. Pada penutupan bursa Rabu (12/12), indeks sektor perdagangan dan jasa mencapai 750,71. Ini adalah rekor level tertinggi indeks perdagangan dan jasa. Jadi, selama 2012 ini, indeks tersebut sudah meroket sekitar 28,95%. Kamis, indeks ini turun tipis ke 748,45.

Setelah naik tinggi, harga saham-saham ritel, belakangan, juga mulai melandai. Ambil contoh saham PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS). Rabu lalu (12/12), saham ini berada di level Rp 1.290. Sebelumnya, pada 26 November silam, saham RALS sempat mencapai Rp 1.440 per saham, yang juga rekor harga saham ini.

Pergerakan saham PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) juga tidak terlalu berbeda. Pada 29 November, harga saham ini mencapai Rp 1.360 per saham, yang adalah rekor harga tertinggi. Pada penutupan perdagangan Rabu lalu, harga saham ini turun ke Rp 1.170 per saham.

Toh, para analis tetap menilai saham sektor ritel menarik untuk dimasukkan dalam portofolio investasi. Salah satu alasannya, peluang ekspansi pemain sektor ritel di masa mendatang masih terbuka lebar.

Analis Pefi ndo Achmad Kurniawan Sudjatmiko menuturkan, tahun ini, proyeksi pertumbuhan penjualan sektor ritel mencapai 15% atau menjadi sekitar Rp 138 triliun. Tahun 2013, sektor ritel masih akan tumbuh dengan persentase pertumbuhan tidak jauh berbeda. “Pendorong pertumbuhan sektor ini adalah pertumbuhan konsumsi masyarakat,” kata Miko, panggilan akrab Sudjatmiko.

Untuk membantu Anda yang berminat menempatkan investasi di saham ritel, berikut KONTAN menyajikan rekomendasi beberapa analis atas beberapa saham ritel pilihan.

MAPI

PT Mitra Adiperkasa Tbk merupakan salah satu perusahaan yang menikmati momen libur akhir tahun. Secara historis, di kuartal empat, penjualan emiten yang sahamnya diperdagangkan di bursa dengan kode MAPI ini biasanya menjadi yang tertinggi.

Tengok saja di 2011 lalu. Penjualan emiten ini di kuartal empat mencapai Rp 1,68 triliun. Sementara di kuartal satu, dua, dan tiga, berturut-turut penjualan MAPI Rp 1,27 triliun, Rp 1,39 triliun, dan Rp 1,55 triliun.

Adrian memprediksi, tahun ini, penjualan Mitra Adiperkasa bisa tumbuh sekitar 20% menjadi Rp 7,06 triliun. Di akhir 2011 lalu, pemegang lisensi restoran cepat saji Burger King di Indonesia ini mencatatkan penjualan sebesar Rp 5,89 triliun.

Untuk laba bersih, Adrian menganalisa, tahun ini, MAPI bisa meraup Rp 434 miliar. Buat perbandingan, laba bersih emiten ini di 2011 lalu sebesar Rp 360,42 miliar.

Target tersebut sejalan dengan penambahan jumlah gerai Mitra Adiperkasa. Hingga September 2012, emiten ini telah menambah 190 gerai baru. Dari jumlah itu, sekitar 105 gerai baru dibuka kuartal tiga 2012.

Nah di kuartal empat ini, Mitra Adiperkasa berniat menambah 110 gerai baru lagi. Alhasil, sepanjang tahun ini, akan ada tambahan 300 gerai baru. Asal tahu saja, per Oktober 2012, perseroan ini telah mengoperasikan 1.266 gerai ritel di 42 kota
di Indonesia.

Tentu saja, perusahaan ritel ini tidak berhenti sampai di situ. Mitra Adiperkasa telah menyiapkan belanja modal Rp 600 miliar di 2013. Dana tersebut terutama akan digunakan untuk penambahan gerai. Targetnya, emiten ini bisa menambah 250-300 gerai lagi tahun depan.

Namun, pertumbuhan MAPI bukannya tanpa tantangan. Kenaikan upah minimum yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia berpotensi membuat biaya pekerja membengkak.

Tambah lagi, biaya tarif listrik dan tarif sewa mal juga berpeluang naik tahun depan. “Kalau ketiganya naik, growth akan makin susah,” kata Adrian. Selain itu, di awal 2014, mendatang, H&M, salah satu merek fashion ternama dunia, akan membuka gerai pertamanya di Indonesia.

Adrian memprediksi, H&M akan menjadi pesaing serius bagi ZARA, merek fashion yang lisensinya dipegang oleh Mitra Adiperkasa. Apalagi secara umum, harga produk H&M lebih murah ketimbang ZARA.

Karena itu, Adrian hanya memberi rekomendasi netral untuk MAPI. Ia mematok target harga saham ini Rp 6.300 per saham. Target harga tersebut tidak jauh beda dengan harga penutupan saham MAPI Kamis lalu (13/12), yakni sebesar Rp 6.200 per saham.

Namun, analis Danareksa Sekuritas Anindya Saraswati lebih optimistis dalam memandang prospek bisnis Mitra Adiperkasa. Ia merekomendasikan beli saham MAPI dengan target harga di Rp 7.900 per saham.

RALS

Para analis menilai, momen bulan puasa dan lebaran lebih mempengaruhi kinerja Ramayana ketimbang momen libur akhir tahun. Kinerja Ramayana, biasanya, meningkat pesat saat Ramadan hingga Idul Fitri.

Untuk contoh, mari kita lihat kinerja Ramayana di 2011. Selama Juli-September 2011, yang di dalamnya terdapat bulan puasa dan Idul Fitri, pengelola department store Ramayana ini mencetak penjualan Rp 1,95 triliun.

Bandingkan dengan penjualan di kuartal sebelumnya (April-Juni) yang hanya Rp 1,11 triliun. Adapun, di kuartal keempat, yang merupakan momen Natal dan akhir tahun, Ramayana hanya mencetak penjualan Rp 1,04 triliun.

Sisi baiknya, para analis menilai, Ramayana tidak akan terlalu terpengaruh sentimen negatif kenaikan upah minimun pekerja. Memang beban gaji berpotensi naik sekitar 21%. Tapi di lain pihak, kenaikan upah juga meningkatkan daya beli masyarakat kelas bawah yang jadi pangsa pasar utama Ramayana. Adrian yakin, hal ini bisa menutupi membengkaknya beban gaji dan mempertahankan profi tabilitas.

Selain itu, mulai Januari 2013, pemerintah menaikkan pendapatan tidak kena pajak (PTKP) dari Rp 15,8 juta per tahun jadi Rp 24,3 juta per tahun. Hal ini juga akan mendorong konsumsi masyarakat kelas menengah bawah meningkat. “Kenaikan PTKP mestinya positif ke penjualan RALS,” kata Adrian.

Analis memprediksi, tahun ini, Ramayana bisa meraup penjualan Rp 7,5 triliun. Sedang di 2013, penjualan diprediksi bisa mencapai sekitar Rp 9,2 triliun. Emiten ritel ini juga bisa meraup laba bersih Rp 476 miliar di 2012 dan akan meningkat
menjadi Rp 520 miliar di 2013.

Untuk mencapai target tadi, tahun depan, Ramayana memastikan bakal menambah enam gerai baru di Cibinong, Cililitan, Bogor, Pekalongan, Tasikmalaya dan Ambon. Keenam outlet anyar ini diharapkan bisa menyumbang 3,5% penjualan atau Rp 266 miliar.

Adrian dan Anindya samasama memasang rekomendasi beli untuk RALS. Target harga untuk saham ini Rp 1.400 per saham. Kamis (13/12), harga RALS Rp 1.280 per saham.

MPPA

Matahari Putra Prima belakangan menjadi perhatian para pelaku pasar lantaran berbagai aksi korporasinya. Perusahaan ritel anggota grup Lippo ini menurunkan modal ditempatkan dan disetor dari Rp 2,78 triliun menjadi tinggal Rp 278,82 miliar.

Sebelumnya, Matahari melepas aset-aset yang menjalankan bisnis non inti, seperti pusat permainan Timezone dan toko buku Times Bookstore. Miko menilai, langkah Matahari melepas aset non inti sudah tepat. “Kami percaya bahwa hal itu akan menguntungkan MPPA karena bisnis non-utama ini hanya memberikan kontribusi sekitar 6% dari pendapatan MPPA,” jelas dia.

Sekadar mengingatkan, di 2010 lalu, Matahari melego salah satu aset pentingnya, yakni Matahari Department Store. Setelah aksi korporasi ini, pendapatan MPPA sempat merosot dari Rp 10,3 triliun di 2009 menjadi Rp 8,54 triliun di 2010. Tapi setelah itu, kinerja Matahari kembali naik pesat. Di sembilan bulan pertama 2012, MPPA mencetak pendapatan Rp 7,97 triliun, naik 22,06% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Laba bersih MPPA bahkan mencapai Rp 169,97 miliar di periode tersebut. Realisasi ini lebih tinggi sekitar 92,58% dari pencapaian perseroan ini di periode yang sama di 2011. Untuk tahun-tahun mendatang, Miko memprediksi, Matahari akan lebih fokus pada bisnis ritel makanan modern. Ia menilai, peluang Matahari melakukan ekspansi di sektor ini masih luas.

Menurut hitungan Miko, saat ini, porsi bisnis ritel makanan modern baru setara 11% dari total industri ritel makanan di Indonesia. Hingga saat ini, Matahari sudah memiliki 75 gerai Hypermart.

Perusahaan ritel milik grup Lippo ini menargetkan bisa menambah 80 gerai lagi hingga 2017 mendatang. Miko menganalisa, sepanjang tahun ini, Matahari berpotensi membukukan pendapatan sebesar Rp 12,16 triliun, dan akan naik menjadi Rp 15,64 triliun di 2013.

Sementara laba bersih perseroan ini bisa mencapai angka Rp 209 miliar di 2012 dan Rp 278 miliar di 2013. Berdasarkan prospek emiten ini, Miko menetapkan target valuasi harga MPPA di kisaran Rp 1.740-Rp 1.940 per saham untuk 12 bulan ke depan. Per Kamis lalu (13/12), harga saham MPPA masih sebesar Rp 1.140 per saham. Jadi, masih ada peluang kenaikan 48,72%-65,81%.

ACES

Analis menilai, kinerja PT Ace Hardware Tbk juga bakal ikut terdongkrak momen libur akhir tahun. Hanya saja, pengaruh sentimen libur akhir tahun terhadap kinerja emiten ini tidak terlalu kuat.

Tengok saja laporan keuangan emiten ini di 2011 lalu. DI kuartal empat 2011, emiten ini berhasil mencetak penjualan Rp 717,14 miliar. Di bandingkan penjualan kuartal sebelumnya yang sebesar Rp 645,62 miliar, artinya hanya naik 11,08%.

Sementara pertumbuhan penjualan dari kuartal dua 2012 ke kuartal tiga mencapai sekitar 20,05%. Di kuartal dua, penjualan emiten yang melego sahamnya di bursa dengan kode ACES ini mencapai Rp 537,39 miliar.

Di kuartal ketiga 2012, penjualan Ace Hardware hanya tumbuh sekitar 18,44% ketimbang kuartal sebelumnya, menjadi sebesar Rp 854,32 miliar. Meski begitu, analis memandang realisasi tersebut masih sesuai dengan ekspektasi.

Hanya saja, Ace Hardware bakal mendapat pesaing berat. Di 2014 mendatang, perusahaan ritel home appliances IKEA bakal mulai mengoperasikan gerainya di Indonesia. Ivan memprediksi, pertumbuhan penjualan dan laba bersih Ace Hardware di 2014 hanya sebesar 21,8% dan 17,2%.

Padahal, saat ini, rasio penjualan Ace Hardware sudah menunjukkan pertumbuhan penjualan pertoko alias same store sales growth (SSSG) peritel ini di lima bulan pertama 2012 masih sebesar 15,9%. Namun, di 10 bulan pertama tahun ini, rasio tersebut turun menjadi tinggal sebesar 12,4%.
 
Hingga saat ini, peritel penjual peralatan rumahtangga ini sudah memiliki sekitar 101 gerai. Di 2013 nanti, Ace Hardware menargetkan bisa menambah sekitar 25 gerai lagi. Ivan menghitung, sepanjang 2012 ini, Ace Hardware bisa mencetak penjualan Rp 3,36 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 382 miliar. Sementara di 2013 nanti, emiten ini masih bisa mencetak kenaikan pendapatan hingga Rp 4,17 triliun dan laba bersih Rp 464 miliar.

Namun, melihat prospek usaha emiten ini, Ivan hanya mematok target harga Rp 700 per saham untuk saham ACES. Kamis (13/12), harga saham ini sudah sebesar Rp 740 per saham. Karena itu, Ivan memilih pasang rekomendasi tahan. Apalagi, saham ACES terbilang sudah mahal. Rasio harga terhadap laba ber saham (PER) saham ini di 2013 diperkirakan 26 kali. Bandingkan dengan PER saham RALS yang cuma 16,7 kali atau PER peritel asal Hong Kong, AEON, yang sebesar 18,1 kali.

Jadi, pilih secara bijak jika mau belanja saham ritel.

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 12 - XVII, 2012 Saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×