kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Katalis global dan domestik akan menggerakkan rupiah pada pekan depan


Jumat, 26 April 2019 / 17:55 WIB
Katalis global dan domestik akan menggerakkan rupiah pada pekan depan


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan rilis di awal pekan depan menjadi salah satu penentu pergerakan rupiah terhadap dollar AS.

Mengutip Bloomberg di pasar spot, Jumat (26/4) rupiah tercatat melemah 0,09% ke Rp 14.199 per dollar AS. Sementara dalam sepekan rupiah tercatat melemah 1,09%.

Sementara pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah tercatat melemah 0,25% ke Rp 14.188 per dollar AS. Dalam sepekan rupiah melemah 1,23%.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I berada di 5,18% hingga 5,20%. "Jika pertumbuhan ekonomi domestik berada di atas ekspektasi investor, maka harusnya mereka percaya pada pasar domestik dan menjadi alasan bagi rupiah untuk bisa menguat di pekan depan," kata Mikail, Jumat (26/4).

Dengan ekonomi domestik yang tumbuh positif maka defisit transaksi berjalan domestik bisa turun dan bisa meredakan kekhawatiran pelaku pasar pada rupiah. Mikail memproyeksikan rupiah sepekan depan bisa bergerak di rentang Rp 14.150 per dollar AS hingga Rp 14.180 per dollar AS.

Analis Asia Trade Point Future Deddy Yusuf Siregar memproyeksikan meski data pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi membawa pengaruh positif pada rupiah, pelaku pasar masih akan berhati-hati untuk memegang rupiah dalam jangka waktu yang panjang.

Deddy mengamati masih ada beberapa tantangan yang menghantui penguatan rupiah. "Bisa ada data domestik mempengaruhi pergerakan rupiah, tapi tampaknya pelaku pasar cenderung berhati-hati karena timbul kekhawatiran baru setelah bank sentral Turki mempertahankan suku bunga acuannya," kata Deddy.

Keputusan bank sentral Turki tidak sesuai dengan pelaku pasar yang mengekspektasikan suku bunga di Turki naik untuk meredam inflasi yang kini melambung hingga dua digit. "Keputusan bank sentral Turki bisa mempengaruhi ketertarikan investor pada mata uang emerging market," kata Deddy.

Namun, di satu sisi rupiah juga masih mendapat sentimen positif atas rencana Presiden China Xi Jinping yang akan berkunjung ke Washington. Rencana tersebut mengindikasikan sinyal kesepakatan dagang antara AS dan China bisa segera terjadi dan membawa angin segar pada negara Asia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×