kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Kata analis CSA Research prospek emiten properti pasca kenaikan bunga acuan


Senin, 19 November 2018 / 06:15 WIB
Kata analis CSA Research prospek emiten properti pasca kenaikan bunga acuan


Reporter: Rezha Hadyan | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) untuk kembali menaikkan suku bunga acuan atau BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) 25 basis poin (bps) menjadi 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI beberapa waktu lalu.

Kebijakan tersebut tentu berimbas langsung pada emiten properti yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Maklum, penjualan properti di Tanah Air saat ini masih bergantung pada kredit perbankan.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menyebut kinerja keuangan emiten properti saat ini tergantung pada permintaan masyarakat dan kebijakan perbankan. Emiten tersebut saat ini tinggal berharap perbankan tidak ikut menaikkan suku bunga mengikuti suku bunga acuan BI.

“Mestinya, permintaan kredit properti nggak mengalami penurunan apabila hal tersebut dilakukan perbankan,” ungkap Reza ketika dihubungi oleh Kontan.co.id Sabtu (17/11)

Selain itu, yang juga harus diwaspadai adalah adanya kenaikan harga jual yang melampaui peningkatan daya beli masyarakat. Hal tersebut tentu mengakibatkan masyarakat tidak mampu membeli properti.

Akhirnya masyarakat hanya mengandalkan pembelian properti bekas atau malah menyewa. “Kalau kondisinya seperti itu maka properti jadi tidak bertumbuh atau stagnan,” kata Reza.

Ia kemudian memberikan perbandingan terhadap tiga emiten properti yakni PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT PP Properti Tbk (PPRO), dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).

Dari sisi kemampuan mengeruk keuntungan atau operating profit margin CTRA memimpin dengan persentase sebesar 26,65%, diikuti oleh SMRA 26,01%, lalu PPRO 20,36%.

“Secara price book value atau nilai buku CTRA juga masih lebih rendah sehingga punya peluang yang lebih baik, CTRA 1,25 kali, PPRO 1,27 kali, dan SMRA 1,42 kali.” Jelasnya.

Sejauh ini, saham CTRA masih berada di level Rp. 925 atau naik 0,54% dibandingkan penutupan sebelumnya. Selama sebulan terakhir saham CTRA mencatatkan pertumbuhan yang signifikan sebesar 6,32% dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp. 17,17 triliun.

Untuk penjualan atau marketing sales, tercatat hingga kuartal III tahun 2018 CTRA sudah memperoleh sebesar Rp 5,15 triliun.

Capaian tersebut dianggap positif mengingat marketing sales di kuartal III 2018 itu lebih baik ketimbang di kuartal I dan II 2018. CTRA sendiri menargetkan marketing sales sebesar Rp 7,7 triliun hingga akhir tahun 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×