kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kasus Covid-19 Kembali Menanjak, Kinerja Kalbe Farma (KLBF) Diproyeksi Masih Solid


Rabu, 26 Januari 2022 / 19:02 WIB
Kasus Covid-19 Kembali Menanjak, Kinerja Kalbe Farma (KLBF) Diproyeksi Masih Solid
ILUSTRASI. Tablet obat produksi Kalbe Farma.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Herlina Kartika Dewi

Hal di atas memungkinkan dengan bisnis resep dan bisnis distrubusi yang selama ini menjadi penopang utama. Adapun obat resep akan terdorong peluncuran produk biosimiliar. 

Sementara bisnis distribusi akan terdorong pertumbuhan signifikan dari bisnis medical consumable. Untuk menopang hal tersebut, KLBF mengoperasikan pabrik baru di Pulogadung yang telah dibuka pada kuartal IV 2021 lalu. 

Oleh karenanya, hingga akhir tahun 2022 ini, KLBF diproyeksi bisa mengantogi pendapatan hingga Rp 27,09 triliun dengan laba bersih menyentuh Rp 3,21 triliun. Angka-angka tersebut lebih tinggi dibanding proyeksi pendapatan dan laba bersih KLBF sepanjang tahun 2021 yang akan mencapai Rp 25,34 triliun dan Rp 2,93 triliun

Terhadap saham KLBF, disarankan buy dengan target harga Rp 2.000 per saham. Adapun dari Rifqi, saham KLBF direkomendasikan hold dengan target harga Rp 1.800 per saham. 

Baca Juga: Kimia Farma (KAEF) Raih Sub-Lisensi Obat Covid-19 Molnupiravir dari MPP

Sementara itu, dalam riset yang ditulis bulan November lalu, Analis RHB Sekuritas Michael Setjoadi memproyeksikan kinerja KLBF akan mencetak pendapatan hingga Rp 26,7 triliun dan laba bersih Rp 3,17 triliun di akhir tahun ini. Capaian tersebut meningkat dibanding kinerja sepanjang tahun 2021 yang diprediksi Rp 24,77 triliun untuk pendapatan dan Rp 3,01 triliun untuk laba bersihnya

Dalam riset juga diungkapkan, inisiatif yang dilakukan KLBF masih memerlukan waktu agar dapat berkontribusi signifikan terhadap kinerjanya. Inisiatif yang dimaksud adalah peluncuran produk farmasi khusus, seperti biosimiliar dan onkologi untuk meningkatkan margin. Menurut Michael, kontribusi baru akan terasa di tahun 2023 dan selanjutnya. 

Di samping itu, KLBF juga masih perlu berhati-hati pada kemungkinan tekanan dari potensi kenaikan harga bahan baku. Apalagi sebesar 50% hingga 60% bahan baku produk farmasi masih diimpor. Sementara, ruang untuk menaikkan harga pun dipandang masih terbatas mengingat pemulihan daya beli yang dinilai masih lemah, serta persaiangan yang semakin ketat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×