kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.564.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 16.305   -35,00   -0,22%
  • IDX 7.080   122,90   1,77%
  • KOMPAS100 1.053   23,69   2,30%
  • LQ45 827   25,88   3,23%
  • ISSI 213   1,79   0,85%
  • IDX30 425   13,62   3,31%
  • IDXHIDIV20 508   17,23   3,51%
  • IDX80 120   2,84   2,41%
  • IDXV30 124   2,46   2,02%
  • IDXQ30 140   4,41   3,25%

Kapitalisasi pasar HMSP dan GGRM turun sepanjang tahun, begini kata analis


Selasa, 27 Agustus 2019 / 20:40 WIB
Kapitalisasi pasar HMSP dan GGRM turun sepanjang tahun, begini kata analis
ILUSTRASI. Tarif Cukai Rokok


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, kapitalisasi pasar atawa market capitalization (market cap) emiten rokok menurun sepanjang tahun ini. Sebagai contoh, market cap PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) hanya mencapai Rp 332 triliun per Selasa (27/8).

Padahal, per Desember 2018, market cap perusahaan ini masih sebesar Rp 432 triliun. Dengan begitu, market cap HMSP telah turun sebesar 23,15%. Serupa, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan penurunan market cap 11,2% dari Rp 161 triliun menjadi Rp 143 triliun.

Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, penurunan market cap HMSP dan GGRM terjadi karena adanya penurunan harga saham. Pasalnya, besaran market cap didapat dari hasil pengkalian harga saham dengan jumlah saham yang beredar.

Baca Juga: Tarif cukai hasil tembakau bakal naik tahun depan, begini respon Gudang Garam (GGRM)

Memang, secara year to date (ytd), harga saham HSMP sudah turun 22,97% menjadi Rp 2.850 per saham, sedangkan GGRM turun 10,88% menjadi Rp 74.525. Wawan juga menilai, penurunan market cap kedua emiten ini disebabkan oleh kondisi pasar modal yang sedang turun. Buktinya, indeks sektoral industri barang konsumsi sepanjang tahun ini hingga Selasa (27/8) berada di level minus 6,18%.

Penyebab lainnya adalah kondisi masyarakat yang  semakin sadar atas dampak buruk yang ditimbulkan rokok, terutama bagi kesehatan. Hal tersebut terlihat dari upaya pemerintah dan masyarakat dalam melakukan kampanye untuk mengurangi konsumsi rokok dan membatasi iklan rokok.

Baca Juga: GAPPRI pesimistis prospek penjualan rokok, penerimaan cukai bisa terancam

“Saya rasa ke depannya akan bertambah yang seperti ini karena awareness dari masyarakat akan terus bertambah. Jadi, dari sisi pasarnya memang terkesan dibatasi,” kata Wawan kepada Kontan.co.id, di Bursa Efek Indonesia, Selasa (27/8).

Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya mengatakan, market cap HSMP dan GGRM berkurang karena adanya dana keluar dari asing. “Mereka menetapkan rokok tidak termasuk ke dalam saham yang sesuai dengan environmental friendly,” ucap dia. Di samping itu, ada juga kekhawatiran dari investor atas kenaikan tarif cukai hasil tembakau yang akan digunakan untuk menutup defisit anggaran BPJS Kesehatan.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menambahkan, penurunan market cap terjadi karena penetrasi rokok elektrik ke pasar menambah penurunan konsumen rokok konvensional. Oleh karena itu, Chris merekomendasikan investor untuk menghindari dulu saham HMSP dan GGRM.

Baca Juga: Pendapatan Gudang Garam Paling Gede Namun Laba Bersihnya Kalah dari HM Sampoerna

Bernada serupa, Wawan juga melihat saham rokok belum menarik karena adanya rencana kenaikan cukai hasil tembakau pada 2020. Menurut dia, secara logika, kenaikan tarif cukai akan berpotensi mengurangi penjualan karena adanya kenaikan harga.

Akan tetapi, Wawan juga melihat, selama rokok masih dijual secara ketengan, bisnis rokok masih bisa terus tumbuh dan menghasilkan keuntungan. Pasalnya, pasar konsumen rokok di Indonesia masih sangat besar. “Kampanye anti rokok akan terus banyak tapi sepanjang pemerintah belum membuat peraturan yang lebih keras pada industri rokok, bisnis ini masih prospektif,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×