Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya mengatakan, market cap HSMP dan GGRM berkurang karena adanya dana keluar dari asing. “Mereka menetapkan rokok tidak termasuk ke dalam saham yang sesuai dengan environmental friendly,” ucap dia. Di samping itu, ada juga kekhawatiran dari investor atas kenaikan tarif cukai hasil tembakau yang akan digunakan untuk menutup defisit anggaran BPJS Kesehatan.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menambahkan, penurunan market cap terjadi karena penetrasi rokok elektrik ke pasar menambah penurunan konsumen rokok konvensional. Oleh karena itu, Chris merekomendasikan investor untuk menghindari dulu saham HMSP dan GGRM.
Baca Juga: Pendapatan Gudang Garam Paling Gede Namun Laba Bersihnya Kalah dari HM Sampoerna
Bernada serupa, Wawan juga melihat saham rokok belum menarik karena adanya rencana kenaikan cukai hasil tembakau pada 2020. Menurut dia, secara logika, kenaikan tarif cukai akan berpotensi mengurangi penjualan karena adanya kenaikan harga.
Akan tetapi, Wawan juga melihat, selama rokok masih dijual secara ketengan, bisnis rokok masih bisa terus tumbuh dan menghasilkan keuntungan. Pasalnya, pasar konsumen rokok di Indonesia masih sangat besar. “Kampanye anti rokok akan terus banyak tapi sepanjang pemerintah belum membuat peraturan yang lebih keras pada industri rokok, bisnis ini masih prospektif,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News