Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Bisnis minuman masih cukup memikat. Tak ayal produsen minuman seperti PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) terus menggelar ekspansi. Rencana teranyar MLBI adalah mendirikan pabrik baru di Mojokerto, Jawa Timur.
Nilai investasi pabrik baru ini Rp 208,11 miliar. Ekspansi ini merupakan strategi MLBI untuk memusatkan produksi minuman soda di satu lokasi. Selama ini MLBI memproduksi minuman soda di pabrik minuman beralkohol yang terletak di Daan Mogot, Tangerang.
Sekitar 80% pabrik Tangerang dipakai untuk produksi bir. Sedangkan 20% digunakan untuk membuat minuman soda. Kapasitas pabrik Tangerang ini mencapai satu juta hektoliter per tahun.
Presiden Direktur Multi Bintang Michael Chin, beberapa waktu lalu, menuturkan, perusahaan ini akan mengalihkan produksi minuman nonalkohol ke pabrik di Mojokerto. MLBI menargetkan pembangunan pabrik baru tersebut akan memakan waktu selama empat bulan.
Alhasil, akhir Mei nanti pabrik MLBI di Mojokerto sudah bisa beroperasi. Jika pabrik Mojokerto selesai, maka produksi minuman berkarbonasi (soda) di Tangerang akan sepenuhnya dihentikan.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan MLBI Maarten Hoedemaker, dalam keterangan resmi, mengatakan, pabrik baru MLBI berkapasitas 500.000 hektoliter (hl) per tahun. Pabrik soda baru tersebut kelak menggunakan mesin buatan Jerman dengan kapasitas mengemas 30.000 kaleng minuman per hari.
Pembangunan pabrik ini tentu akan meningkatkan kapasitas produksi MLBI. Soalnya, seluruh kemampuan pabrik di Tangerang sebesar 1 juta hektoliter per tahun untuk memproduksi bir.
Menurut manajemen MLBI, selain meningkatkan kapasitas. Alasan lain MLBI membangun pabrik di Mojokerto adalah menghindari protes dari beberapa kalangan lantaran memproduksi minuman bersoda di pabrik yang sama dengan produksi bir. Selama ini Multi Bintang memproduksi beberapa merek di antaranya, Bintang Zero, Green Sand, dan Green Sand Recharge.
Genjot pasar ekspor
Komisaris Utama Multi Bintang, Cosmas Batubara mengatakan, potensi bisnis minuman bersoda sejatinya masih sangat besar. Dia mencontohkan, konsumsi per kapita minuman bersoda di dalam negeri hanya 2,4 liter per tahun. Angka ini jauh lebih rendah daripada konsumsi Filipina yang mencapai 34,13 liter per tahun atau Thailand sebesar 32,2 liter per tahun.
Karena itu, manajemen optimistis, prospek penjualan minuman bersoda akan meningkat. Tak hanya menggenjot pasar dalam negeri, MLBI juga berencana menggenjot pasar minuman bersoda di luar negeri. Saat ini penjualan MLBI masih untuk memenuhi kebutuhan domestik. Kontribusi pendapatan MLBI dari ekspor minuman hanya 1% atau setara Rp 26,67 miliar. Pendapatan MLBI per kuartal III-2013, Rp 2,6 triliun.
Tapi, manajemen enggan membuka target penjualan ekspor ke depan. MLBI hanya berharap kinerja keuangan akan meningkat lebih tinggi dari pertumbuhan pasar.
Multi Bintang sudah menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) senilai € 42 juta sampai € 43 juta untuk empat tahun. Belanja modal ini digunakan selama 2012 hingga 2016. Sampai September 2013, kas dan setara kas MLBI mencapai Rp 397,57 miliar.
Kinerja MLBI sepanjang tahun lalu terlihat bertumbuh dibandingkan 2012. Pendapatan MLBI per kuartal III tahun 2013 menguat 70,06% menjadi Rp 2,67 triliun secara year-on-year (yoy). Begitu juga dengan laba bersih MLBI melonjak 85,21% menjadi Rp 839,65 miliar secara yoy. Akibatnya, laba bersih per saham MLBI ikut meningkat dari Rp 21.516 menjadi Rp 39.851 per saham.
MLBI juga cukup rajin berbagi dividen. Terakhir, MLBI membagi dividen Rp 146,44 miliar untuk laba 2012.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News