Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen positif untuk saham ANTM. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mendapatkan persetujuan ekspor mineral logam untuk penjualan ekspor bijih bauksit tercuci dengan kadar Al2O3 =42% sebesar 1,89 juta wet metric ton (wmt) untuk periode 2021-2022.
Emiten pelat merah dengan kode saham ANTM tersebut memperoleh izin ekspor atas pelaksanaan proyek hilirisasi pabrik Smelter Grad Alumina Refinery (SGAR).
VP Corporate Secretary Aneka Tambang Kunto Hendrapawoko menyebut, izin ekspor mineral ini melengkapi izin ekspor bijih bauksit yang telah dimiliki ANTM sebelumnya, yakni sebesar 840.000 wmt atas kepemilikan pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) di Tayan.
Kunto mengatakan, dengan adanya persetujuan Ekspor Mineral Logam untuk penjualan ekspor bijih bauksit ini, akan memperkuat daya saing Aneka Tambang di pasar bauksit. “Hingga saat ini, Tiongkok merupakan negara yang menjadi tujuan ekspor bauksit ANTM,” terang Kunto kepada Kontan.co.id, Selasa (2/2).
Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) optimistis pendapatan naik 20% di tahun 2021
Sejalan dengan strategi pengembangan perusahaan, emiten dengan kode saham ANTM yang merupakan penghuni Indeks Kompas100 tersebut berkomitmen dalam pengembangan proyek hilirisasi mineral di dalam negeri.
Dalam hal pengembangan komoditas bauksit, saat ini emiten dengan kode saham ANTM terus berfokus pada pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, bekerjasama dengan PT Inalum yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 1 juta ton SGA per tahun (Tahap pertama).
Dampak fundamental
Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Maryoki Pajri Alhusnah menilai, secara fundamental, izin ekspor bauksit ini tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan ANTM. Hal ini karena bauksit hanya menyumbangkan sekitar 2% dari total pendapatan ANTM per kuartal ketiga 2020.
Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) melunasi Komodo Bond senilai Rp 5,4 triliun
Sebagai gambaran, per 30 September 2020, ANTM membukukan pendapatan senilai Rp 18,03 triliun. Adapun penjualan bijih bauksit hanya senilai Rp 444,21 miliar atau hanya 2,46% dari total pendapatan emiten tambang milik Negara ini.
“Namun, dengan adanya izin ekspor ini merupakan salah satu positif katalis untuk ANTM sendiri,” terang Maryoki kepada Kontan.co.id, Senin (1/2).
Sepanjang tahun 2020, penjualan bauksit (unaudited) ANTM mencapai 1,23 juta wmt dan tingkat produksi bauksit (unaudited) mencapai 1,55 juta wmt.
Selanjutnya: Harga emas masih berpotensi naik, begini rekomendasi saham Merdeka Copper (MDKA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News