Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Daya beli masyarakat masih jadi tantangan bagi perusahaan farmasi PT Kalbe Farma Tbk. Pertumbuhan pendapatan pada kuartal I-2018 hanya 2,4% menjadi Rp 5,01 triliun.
Meski begitu, emiten berkode KLBF ini optimistis dapat mencapai target pertumbuhan yang dipatok sebesar 7% hingga 9%. Direktur Utama Kalbe Farma, Vidjongtius mengatakan kinerja kuartal I-2018 merupakan efek lanjutan dari kondisi pasar pada kuartal IV-2017.
"Kuartal dua ini banyak berikan harapan karena ada momentum Ramadan dan akan ada banyak perbaikan, kami optimistis full year minimal 7% masih kami upayakan," ujar Vidjongtius, Selasa (5/6).
Kalbe Farma menggenjot kinerja lewat beberapa strategi. Salah satunya adalah meningkatkan volume penjualan obat resep ke program JKN dan pasar rumah sakit swasta. "Strategi pemasaran obat resep untuk suplai ke JKN masih terus ditingkatkan, porsinya 15% sampai 17% dari pasar obat resep kami," lanjut Vidjongtius.
Sementara untuk pasar produk premium dan bermerek, Kalbe akan memperbesar porsi penjualan ke pasar rumah sakit swasta. "Kami optimalkan dua-duanya tumbuh, memang tidak mengandalkan kenaikan harga tapi kenaikan volume dan ada produk baru," katanya.
Sekretaris Perusahaan Kalbe Farma, Bernadus Karmin Winata bilang, selain memperbesar volume penjualan, Kalbe juga terus menggenjot inovasi untuk melahirkan produk-produk baru. "Inovasi jadi dasar utama kami yang akan mendorong munculnya produk baru," kata dia.
Salah satunya adalah produk biosimilar yang mulai dipasarkan tahun ini. Sebelum membangun pabrik sendiri, Kalbe Farma sudah memasarkan produk biosimilar impor. Dengan adanya pabrik milik sendiri, kontribusi produk biosimilar ini sebesar 6% hingga 7% terhadap divisi farmasi.
"Memang kontribusinya masih kecil, tapi ke depan porsinya bisa tumbuh karena produk berbahan baku biologi seperti ini lebih bisa diandalkan daripada produk berbahan kimia yang masih harus impor," kata Bernadus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News