kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Kala ekonomi dunia membaik, pamor emas memudar


Rabu, 19 Juni 2013 / 15:26 WIB
Kala ekonomi dunia membaik, pamor emas memudar
ILUSTRASI. Selain datang langsung ke kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan, ada dua cara mencairkan BPJS Ketenagakerjaan lewat handphone


Reporter: Anastasia Lilin Y, Tedy Gumilar, Agung Jatmiko | Editor: Imanuel Alexander

Jakarta. Minggu-minggu ini, kita dihadapkan pada berita kinerja sejumlah instrumen investasi yang sedang loyo, salah satunya emas. Namun, pelemahan harga emas sebenarnya bukan sesuatu yang mengejutkan. Kalau Anda membaca Laporan Utama Tabloid KONTAN edisi 27 April hingga 4 Mei 2013, penurunan harga emas pernah dibahas. Bedanya, penurunan emas kali ini terasa lebih “serius”. Mengapa? Karena isu fundamental yang menjadi musabab kilau si kuning memudar.

Masalahnya sebagai safe haven, emas biasanya banyak diburu ketika kondisi perekonomian sedang morat-marit. Sebaliknya, ketika kondisi ekonomi sedang baik-baik saja, investor memilih memarkir dana mereka di instrumen investasi lain.

Nah, jika dua tahun silam krisis utang di zona euro ikut menggoyang kondisi ekonomiglobal, tahun ini sinyal-sinyal perbaikan tampaknya mulai kelihatan. Salah satu kinerja negara yang cukup signifikan mempengaruhi gerak emas adalah Amerika Serikat (AS). Negara ini dua tahun silam ikut terseret aura suram zona euro.

Kabar baik dari AS, sejak Mei, data-data ekonomi negara ini menunjukkan rapor positif, antara lain, data non farm payroll yang sebesar 175.000 di bulan Mei, atau lebih tinggi dari perkiraaan yang hanya 163.000. Tingkat pengangguran memang meningkat, tapi masih bisa ditolerir, yakni dari 7,5% di April menjadi 7,6% di Mei.

Lalu pekan ini, mengutip data forexfactory.com, tingkat klaim pengangguran di Negeri Uwak Sam turun dari sebelumnya 346.000 pada 6 Juni 2013 menjadi 334.000 pada 13 Juni 2013. Dari tanggal pelaporan yang sama tersebut, penjualan ritel juga meningkat dari yang sebelumnya 0,1% menjadi 0,6%.

Data-data ekonomi yang mengarah kepada perbaikan tersebut menyebabkan harga emas semakin tertekan. Sebab, dengan membaiknya ekonomi AS, bank sentral AS yakni Federal Reserve (The Fed) sewaktu-waktu bisa mengurangi beban dana stimulusnya yang selama ini menopang ekonomi negeri tersebut. Itu berarti, risiko inflasi menjadi semakin kecil sehingga minat terhadap emas pun bakal menurun.

Zulfirman Basir, Senior Researcher and Analyst Monex Investindo Futures, berpendapat, tahun ini emas sudah kehabisan suntikan penguatan. Dua negara konsumen emas terbesar di dunia, China dan India, menurut dia, tahun ini belum bisa diharapkan bisa mengatrol kenaikan harga si kuning karena masih berada pada tren perlambatan ekonomi. “Saat ini banyak bank sentral yang memilih untuk menghentikan suntikan stimulus,” kata dia.

Lain halnya dengan Suluh A. Wicaksono, Multilateral Analyst & Corporate Trainer Commodity Desk PT Millennium Penata Futures. Suluh berpendapat, China dan India justru tahun ini sudah mulai gencar untuk mengoleksi emas demi mengamankan cadangan devisa. Langkah kedua negara tersebut menurut Suluh setidaknya bisa sedikit menahan kejatuhan harga emas lebih dalam.

Jika dihitung sejak pencapaian rekor tertinggi pada di level US$ 1.900,2 per ons troi pada 5 September 2011 hingga 13 Juni 2013 saat emas dihargai US$ 1.379,09, harga emas sudah ambles 27,42%. Analis Topgrowth Futures Rendra Alfensyah berpendapat, penurunan harga emas dua bulan terakhir memang terbilang tajam. Namun, ini tak terlepas dari kenyataan bahwa dalam 11 tahun terakhir, harga emas sudah naik secara berturut-turut. Jad menurut dia wajar jika emas terkoreksi.

Level US$ 1.400

Rendra melanjutkan, pada 2011, emas tak cuma diperlakukan sebagai sarana lindung nilai tapi juga investasi. Alhasil, memasuki eskalasi krisis di beberapa negara seperti Eropa yang meluas ke negara-negara lain, emas seperti mendapatkan momentum besar. Sayangnya, banyak orang yang lupa bahwa harga emas sudah bertahun-tahun mengalami kenaikan sangat kencang.

Baru kemudian, setelah mencetak rekor dan diikuti dengan koreksi, kepercayaan sebagian investor terhadap emas sebagai aset yang paling aman alias safe haven ikut menyusut. Apalagi, GP Morgan dan Goldman Sach malah memangkas proyeksi harga emas tahun ini dan tahun depan. “Maka dari itu, dari sisi tren, emas memang masih bearish,” kata Rendra.

Meski masih melihat suram menggantang, sebenarnya tekanan terhadap harga emas saat ini sudah mulai berkurang. Salah satu sebab adalah The Fed yang dikabarkan belum akan menghentikan pemberian stimulus dengan kembali mengucapkan janji untuk membeli obligasi berbasis hipotek senilai US$ 85 miliar per bulan.

Lalu, kejatuhan harga emas juga lebih tertahan akibat aksi beli yang dilakukan oleh beberapa negara Eropa, seperti Rusia dan Kazakhstan. Penurunan harga emas justru dimanfaatkan oleh negara-negara tersebut untuk meningkatkan cadangan emas mereka.

Oleh karena itu, para analis masih memprediksi, ada peluang penguatan bagi emas meski tak mematok level fantastis. Rendra menyebut level support emas berada di US$ 1.100–US$ 1200 per ons troi. Namun, di akhir tahun, dia memperkirakan, harga emas bisa beranjak naik ke US$ 1.400–US$ 1.460 per ons troi. Ketika sampai US$ 1.200 per ons troi, minat orang untuk membeli emas akan kembali tumbuh meski tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya. “Inilah alasan kenapa sulit untuk menembus level US$ 1.460 per ons troi,” kata Rendra.

Zulfirman juga mematok level atas yang mirip, yakni paling banter di US$ 1.400 per ons troi hingga akhir tahun. Dia bilang paling cepat emas bisa kembali ke level tertinggi seperti tahun 2011 pada tiga tahun mendatang. “Jadi sekarang, ya, sideways dulu, rehat setelah ngos-ngosan,” kata dia. Sementara, Suluh memberikan rentang pergerakan antara US$ 1.320 hingga US$ 1.520 per ons troi.

Namun, prediksi analis bukan harga mati, segala sesuatu mungkin saja terjadi.

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 38 - XVII, 2013 Laporan Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×