kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kado indah tahun baru di bursa saham


Sabtu, 30 Desember 2017 / 13:05 WIB
Kado indah tahun baru di bursa saham


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) menerima kado istimewa Tahun Baru 2018. Setelah berkali-kali memecahkan rekor tertinggi, di hari terakhir perdagangan 2017, Jumat (29/12), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menembus rekor baru, setelah ditutup menguat 0,66% ke level 6.355,65.

Sepanjang tahun ini, IHSG sudah menanjak 19,99%. Meskipun, sejak awal tahun investor asing masih melancarkan aksi jual (net sell) di BEI. Selama 12 bulan terakhir, investor asing tercatat net sell Rp 39,87 triliun.

Pertumbuhan IHSG yang hampir 20% melampaui ekspektasi analis. Aditya Perdana Putra, Analis Semesta Indovest Sekuritas semula memprediksikan, IHSG pada 2017 hanya tumbuh 8%-10%. "Dengan kenaikan di atas 15%, memang cukup bagus," ujarnya.

Aditya menilai, pasar saham domestik tahun ini lebih banyak didorong sektor perbankan, pertambangan, dan barang konsumsi. Lihat saja, kinerja emiten perbankan cukup bagus hingga kuartal III 2017. Di saat yang sama, harga komoditas membaik dan berimbas positif ke prospek emiten pertambangan.

Sementara itu, melihat fenomena net sell investor asing, Aditya bilang, pemodal domestik saat ini lebih dominan dalam mengerek IHSG. Buktinya, dengan net sell asing, IHSG masih terus menanduk.

Secara sentimen, Aditya mencatat, ada beberapa faktor pendorong optimisme dan kepercayaan pelaku pasar di 2017. Pada Mei lalu, misalnya, lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) mengerek sovereign credit rating Indonesia menjadi BBB-/A-3 dengan outlook stabil. Dus, negara kita pun mendapatkan predikat investment grade dari S&P.

Data dalam negeri seperti inflasi terjaga di kisaran 3%-4%, suku bunga relatif rendah, dan iklim politik kondusif. Tetapi, Aditya tetap tak menampik ada beberapa sentimen yang memicu kekhawatiran pasar. Sebut saja, pada November 2016, Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat.

Sejak menjabat, putusan kontroversial Trump kerap menimbulkan sentimen geopolitik. Setelah gesekan di Semenanjung Korea memanas akibat konflik dengan Korea Utara, belum lama ini Trump mengklaim Jerusalem sebagai Ibukota Israel. Itu memicu aksi protes penduduk dunia.




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×