Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Di samping pasokan, tantangan PGAS lainnya adalah perpanjangan HGBT. Kebijakan ini lazim disebut sebagai harga gas murah untuk industri tertentu yang dipatok sebesar US$ 6 per Million Bristish Thermal Unit (MMBTU).
Sebagai sub-holding gas Grup Pertamina, Ratih memastikan bahwa PGAS bakal mendukung penerapan kebijakan pemerintah tersebut. PGAS lantas menyiapkan strategi untuk mengantisipasi dampak HGBT terhadap kinerja keuangan.
Pertama, optimasi biaya operasional dengan menerapkan praktek efisiensi untuk mengurangi biaya. Termasuk mengoptimalkan rantai pasok serta penggunaan teknologi baru yang dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya.
Baca Juga: Saham-Saham yang Paling Banyak Dijual Asing dalam Sepekan
Kedua, melakukan ekspansi pasar. PGAS mengidentifikasi dan masuk ke pasar baru untuk mengurangi ketergantungan pada satu pasar atau segmen pelanggan. PGAS pun menyasar konsumen potensial seperti di Kawasan Industri Terpadu Batang, Kendal, hingga Ibu Kota Nusantara (IKN).
Ketiga, penggunaan biaya untuk investasi yang lebih strategis dan meningkatkan hubungan dengan seluruh key stakeholders. Ratih bilang, PGAS fokus pada pengelolaan keuangan yang efektif untuk mengantisipasi dampak kebijakan terhadap kesehatan finansial dalam jangka panjang.
"Penetapan HGBT selain menghadirkan tantangan, di sisi lain menghadirkan kesempatan bagi PGN untuk menerapkan strategi yang tepat, inovasi, diversifikasi, pengelolaan yang efektif dan adaptasi cepat terhadap kebijakan baru. Ini kunci untuk mempertahankan prospek positif perusahaan," terang Ratih.
Direktur Keuangan PGN Fadjar Harianto Widodo menambahkan, PGAS akan menjaga marjin distribusi yang wajar. Sehingga memungkinkan PGAS tetap dapat melakukan pengembangan infrastruktur untuk optimalisasi dan utilisasi gas bumi.
Baca Juga: PGN dan PIS Kerjasama Pengangkutan LNG Donggi Senoro
Pada tahun ini, marjin distribusi PGAS tetap dijaga pada rentang US$ 1,6 - US$ 1,8 per MMBTU. "Perseroan melakukan optimasi terkait dengan pengelolaan pasokan, baik dari gas pipa maupun dari LNG. Sehingga harga jual ke pelanggan tetap memperhatikan kemampuan pelanggan," ujar Fadjar.
Sementara itu, dari sisi pergerakan saham, PGAS menutup perdagangan Selasa (17/9) di posisi Rp 1.495. Harga PGAS masih ditutup stagnan pada level yang sama dengan penutupan perdagangan Kamis (12/9).
Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat pergerakan harga saham PGAS masih cenderung downtrend. Tapi pelaku pasar bisa mempertimbangkan speculative buy dengan mencermati support di Rp 1.470 dan resistance Rp 1.510 untuk target harga Rp 1.525 - Rp 1.560 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News