kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jurus Bukit Asam (PTBA) untuk genjot kinerja hingga akhir 2019


Senin, 28 Oktober 2019 / 16:24 WIB
Jurus Bukit Asam (PTBA) untuk genjot kinerja hingga akhir 2019
ILUSTRASI. Suasana penambangan batubara menggunakan bucket wheel escavator di lokasi penambangan batubara PT. Bukit Asam (PTBA) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan (20/5). PTBA menargetkan pembangunan dermaga di Tarahan rampung pada 2012. Dermaga yang memilki pengisia


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan penurunan kinerja sepanjang kuartal III 2019. Emiten anggota Indeks Kompas100 ini membukukan laba sebesar Rp 3,10 triliun. Jumlah ini turun 21,08% jika dibandingkan dengan realisasi laba bersih periode kuartal III 2018 yang mencapai Rp 3,93 triliun.

Meski demikian, emiten tambang batubara ini mencatatkan pendapatan sebesar Rp 16,25 triliun atau naik tipis 1,36% bila dibandingkan realisasi penjualan pada periode yang sama tahun 2018.

Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) belum berencana merevisi target penjualan

Dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, pendapatan usaha ini dipengaruhi oleh harga jual rata-rata batubara pada September 2019 yang turun 7,8% menjadi Rp 775.675 per ton.

Penurunan tersebut disebabkan oleh pelemahan harga batubara Indeks Newcastle (GAR 6322 kkal/kg) pada bulan September sebesar 25% US$ 81,3 per ton dari US$ 108,3 per ton untuk periode yang sama tahun lalu.

Begitu pula dengan indeks harga batubara thermal Indonesia (Indonesian Coal Index/ICI) GAR 5000 yang pada September 2019 melemah 21% menjadi US$ 50,8.

Baca Juga: Laba bersih Bukit Asam (PTBA) turun 21,08% sepanjang kuartal III 2019

Di tengah melemahnya harga batubara dunia, PTBA belum berencana untuk merevisi target kinerja hingga akhir 2019.

“Belum ada revisi. Target sesuai rencana semula,” ujar Suherman kepada Kontan.co.id, Senin (28/10).

Hingga akhir 2019, PTBA menargetkan dapat mengeruk 27,3 juta ton batubara atau naik 3% dari realisasi tahun 2018 sebesar 26,4 juta ton.

Sementara itu, PTBA menargetkan mampu menjual 28,4 juta ton batubara atau naik 15% dari tahun sebelumnya. Angka ini terdiri dari target ekspor sebesar 14,7 juta ton dan penjualan domestik sebesar 13,7 juta ton batubara.

Baca Juga: Erick Thohir Diwarisi BUMN dengan Utang Rp 3.200 Triliun

Suherman bilang, PTBA telah menyiapkan beberapa strategi guna mencapai kinerja hingga akhir 2019. Yang pertama adalah efisiensi biaya operasional.

Melansir dari laporan keuangan PTBA, beban pokok penjualan PTBA pada kuartal III 2019 ikut naik 12,6% menjadi Rp 10,5 triliun.

Komposisi dan kenaikan terbesar berasal dari biaya angkutan kereta api seiring dengan peningkatan volume batubara.

Selain itu, kenaikan biaya jasa penambangan juga naik seiring naiknya stripping ratio (rasio kupas) per September 2019 menjadi sebesar 4.6 bcm.

Baca Juga: Duh! Ekspor Emiten Batubara Menurun

Untuk mendukung optimalisasi pengangkutan batubara, PTBA telah bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk menyelesaikan pengembangan proyek angkutan batubara jalur Tanjung Enim- Kertapati dengan kapasitas 5 juta ton per tahun.

Selain itu, proyek angkutan kereta api arah Tanjung Enim –Tarahan (Tarahan first line) direncanakan akan selesai tahun ini dengan kapasitas 20,3 juta ton per tahun. Rencananya pada 2020 kapasitas angkutan jalur ini akan meningkat menjadi 25 juta ton per tahun.

Selanjutnya adalah optimalisasi perencanaan penambangan dan merumuskan strategi penjualan yang memberikan profit margin yang lebih baik bagi perseroan.

Baca Juga: Saham Emiten BUMN Jeblok, Ini Rekomendasi Analis

Pencapaian kinerja operasi PTBA sepanjang kuartal III 2019 tidak lepas dari strategi manajemen dalam mengoptimalkan peluang pasar ekspor ke beberapa negara seperti India, Korea Selatan, Hong Kong, dan Jepang.

Selain itu, PTBA juga menerapkan rencana penjualan ekspor batubara medium to high calorie ke premium market sebesar 3,8 juta ton hingga akhir 2019.

“Strategi tersebut adalah strategi yang masih dapat dikendalikan oleh manajemen PTBA,” pungkas Suherman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×