kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -8.000   -0,52%
  • USD/IDR 15.791   -57,00   -0,36%
  • IDX 7.505   -68,76   -0,91%
  • KOMPAS100 1.157   -12,64   -1,08%
  • LQ45 913   -8,80   -0,96%
  • ISSI 228   -2,59   -1,12%
  • IDX30 469   -4,51   -0,95%
  • IDXHIDIV20 564   -3,86   -0,68%
  • IDX80 132   -1,34   -1,01%
  • IDXV30 139   -1,60   -1,13%
  • IDXQ30 156   -1,23   -0,78%

Jumlah kerugian investor di saham grup Benny Tjokrosaputro bisa capai Rp 9,91 triliun


Senin, 03 Februari 2020 / 15:12 WIB
Jumlah kerugian investor di saham grup Benny Tjokrosaputro bisa capai Rp 9,91 triliun
ILUSTRASI. Kantor PT Hanson International Tbk di Jakarta


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak Oktober 2019 hingga kini, saham-saham perusahaan milik taipan Benny Tjokorosaputro terus menjadi topik hangat. Apalagi, sejak awal hingga pertengahan November 2019 saham-saham ini satu per satu rontok ke level gocap alias Rp 50. 

Saham-saham tersebut adalah PT Hanson International Tbk (MYRX), PT Sinergi Megah Internusa Tbk (NUSA), PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO), PT Armidian Karyatama Tbk (ARMY) dan PT Bliss Properti Indonesia Tbk (POSA).

Bila dirunut, saham-saham tersebut turun ke level gocap dimulai oleh NUSA yang turun pada 5 November 2019, kemudian MYRX dan RIMO pada 7 November 2019, serta ARMY dan POSA pada 12 November 2019.  

Baca Juga: Merasa dikorbankan di kasus Jiwasraya, Benny Tjokro: Kenapa tidak semua ditangkap?

Berdasarkan urutan waktunya, penurunan saham tersebut tidak terpaut jauh dari peristiwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang meminta Hanson International menghentikan penghimpunan dana masyarakat dan harus segera mengembalikan dana yang telah dihimpunnya. OJK mengeluarkan pernyataan tersebut pada 31 Oktober 2019. 

Nama Benny Tjokrosaputro lebih erat dengan satu perusahaan miliknya yaitu Hanson International. Saham perusahaan terbuka ini memang terus mengalami penurunan dalam enam bulan terakhir, namun penurunan cukup dalam mulai dirasakan sejak 5 November 2019 yang sempat menyentuh level Rp 80 sebelum akhirnya menjadi saham gocap dan disuspen oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 16 Januari 2020.  

Bila menggunakan asumsi harga tertinggi selama enam bulan terakhir, RTI mencatat harga tertinggi MYRX di level Rp 105. Dengan asumsi harga tertinggi tersebut serta jumlah saham beredar di masyarakat sebesar 78,33 miliar, maka dana dari masyarakat umum mencapai Rp 8,22 triliun. 

Lalu, bila saat ini saham masyarakat nyangkut di level Rp 50, maka dana masyarakat menyusut menjadi Rp 3,92 triliun. Maka kerugian saham di MYRX mencapai Rp 4,3 triliun. 

Selain MYRX, BEI juga telah mensuspensi saham ARMY. Asal tahu saja, Benny Tjokrosaputro memiliki saham ARMY melalui kepemilikannya di MYRX yang memegang kendali penuh atas PT Mandiri Mega Jaya. Di mana Mandiri Mega Jaya memiliki saham 20,46% atas ARMY. 


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×