Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) akan memperluas pasar ke kawasan Indonesia Timur. Selama ini, pasar produsen pakan ternak itu sekitar 60% ada di Jawa. Untuk memperluas pasar, Japfa membangun pabrik di Palu, Sulawesi Tengah.
Manajemen Japfa berharap, pabrik baru tersebut bisa memulai produksi di 2013 dengan kapasitas mencapai 100.000 ton per tahun. Untuk membangun pabrik di Palu itu, Japfa menggelontorkan investasi Rp 100 miliar.
Selain pabrik baru, Japfa juga memperbesar kapasitas produksi pabrik mereka di Padang, Medan dan Surabaya. Emiten ini juga memperbesar kapasitas produksi di 10 pabrik di Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan. JPFA bahkan telah menganggarkan dana Rp 1 triliun untuk proyek ini. Anggaran itu digunakan dalam dua tahun ke depan.
Analis Kim Eng Securities, Adi N. Wicaksono dalam risetnya menyatakan, ekspansi Japfa itu cukup positif bagi pertumbuhan pendapatan JPFA beberapa tahun ke depan. Ekspansi ini seiring pertumbuhan permintaan bahan pakan yang meningkat.
Japfa sendiri menargetkan, produksi meningkat 13,6% menjadi 2,5 juta ton di tahun ini. Peningkatan produksi ini antara lain digenjot dari pabrik baru Japfa di Semarang dan Purwakarta.
Japfa juga merelokasi pabrik pakan ikan dari Surabaya ke Gresik di tahun ini. Produksi pabrik tersebut mencapai 5.500 ton per bulan.
Manajemen harga
Adi menilai, Japfa lihai menjaga pendapatannya. Ketika harga jagung dan kedelai naik yaitu sebesar 13% dan 48% dari tahun lalu, pendapatan JPFA tidak tergerus.
Ini karena Japfa mengerek harga jual produk di Juni 2012 sebesar 10%. Selain itu, pasokan jagung Japfa 70% dari petani lokal sehingga harganya tidak naik drastis. Menurut Adi, saat harga jagung impor mencapai Rp 3.300 per kilogram (kg), harga jagung lokal masih di Rp 2.800 per kg.
Analis PT Trimegah Securities Ivan Chamdani menambahkan, Japfa telah bekerjasama dalam jangka panjang dengan petani jagung di lima kabupaten di Sulawesi Tengah. "Efeknya, ongkos produksi Japfa tak terombang-ambing fluktuasi harga komoditas pasar global," ujarnya.
Analis OSK Securities, Yuniv Trenseno juga melihat, hasil merger Japfa degan PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk cukup positif bagi neraca Japfa. Dengan akuisisi itu, rentang administrasi lebih singkat. Selain itu, mereka juga bisa lebih cepat mengambil keputusan.
Karena alasan tersebut, para analis yakin dalam jangka panjang, pendapatan dan laba bersih emiten ini bisa terus bertumbuh. Yuniv memprediksi, pendapatan dan laba bersih JPFA masing-masing akan menjadi Rp 17,1 triliun dan Rp 1,05 triliun di tahun ini. Tahun depan, pendapatan JPFA ditaksir mencapai Rp 18,9 triliun dengan proyeksi laba bersih Rp 1,17 triliun.
Yuniv dan Ivan masih merekomendasikan buy pada saham JPFA, dengan target masing-masing Rp 5.800 dan Rp 5.950 per saham dalam 12 bulan ke depan. "Ini mencerminkan price earning ratio (PER) 9 kali di 2013," ujar dia.
Tapi, Adi merekomendasikan hold dengan target harga Rp 5.050. Senin (19/11), harga saham JPFA turun 1,89% menjadi Rp 5.200 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News