Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) masih bertengger dikisaran Rp 16.000. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) kurs Jisdor per Senin (6/4) Rp 16.556 per Dollar AS.
Apabila sebuah perusahaan menerima pemasukan dalam bentuk Rupiah, namun masih memiliki beban atau utang dalam bentuk Dollar AS maka kondisi ini bisa menekan perusahaan tersebut.
Seperti diketahui, pada awal tahun ini PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) telah dua kali menerbitkan obligasi berdenominasi Dollar AS.
Baca Juga: Bos Lippo mantap lakukan buyback, ini tiga alasan utamanya
Pada Januari 2020 LPKR menerbitkan obligasi senilai US$ 325 juta yang jatuh tempo pada 2025. Setelah itu, LPKR mengeluarkan tap issue dari obligasi tersebut sebesar US$ 95 juta.
Seluruh dana tersebut digunakan untuk membayar obligasi yang jatuh tempo pada 2022.
Meski begitu, CEO Lippo Karawaci John Riady menegaskan perusahaannya telah melakukan tindakan preventif sehingga dampak pelemahan Rupiah dapat tertangani dengan baik.
"Tentu dampaknya ada, tapi dapat tertangani dengan baik karena poin-poin berikut," jelas John melalui pesan singkat kepada Kontan, Senin (6/4).
LPKR saat ini telah memegang seluruh uang kasnya dalam denominasi Dollar AS dan Dollar Singapura dengan total mencapai sekitar Rp 3,5 triliun.
Baca Juga: John Riady jelaskan alasan Lippo Karawaci (LPKR) akan buyback senilai Rp 75 miliar
Selain itu, LPKR juga telah melakukan hedging sampai dengan Rp 17.500 per Dollar AS. Lagi pula, LPKR juga tidak memiliki utang yang harus segera dilunasi hingga 2025 dengan penerbitan obligasi di tahun ini.
"LPKR sudah menurunkan utang di tahun 2019, sehingga net debt to equity ratio di 21%, paling rendah di industri. Di luar itu, jatuh tempo utang yang berikutnya di tahun 2025," jelas John.
Bila melihat laporan keuangan kuartal III-2019, utang obligasi yang sudah dilunasi, adalah obligasi yang diterbitkan oleh entitas anak Theta Capital dan jatuh tempo pada 2020.
Baca Juga: Penjualan aset Lippo di Jakbar tertunda lagi, kenapa?
Theta Capital menerbitkan obligasi sebanyak dua kali masing-masing sebesar US$ 150 juta dan US$ 260 juta dengan bunga tetap 7%.
Dari total US$ 410 juta tersebut sebanyak US$ 149,3 juta sudah dibayarkan pada Maret 2019 sehingga sisanya US$ 260 juta. Namun, LPKR tercatat masih memiliki total beban bunga yang harus dibayar sebesar US$ 19,75 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News