kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jiwasraya kurangi porsi kepemilikan di PPRO


Jumat, 11 Januari 2019 / 21:57 WIB
Jiwasraya kurangi porsi kepemilikan di PPRO


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Asuransi Jiwasraya tampak tengah mengotak-atik portofolionya. Perusahaan terus melepas saham PT PP Properti Tbk (PPRO). Pelepasan perdana di tahun ini terjadi pada 8 Januari kemarin.

Jiwasraya melepas sekitar 8 juta saham PPRO. Sehingga, kepemilikannya berkurang dari sebelumnya 8,79% menjadi 8,78% atau setara 5,41 miliar saham. 

Penjualan terus berlanjut.Kemarin, Jumat (11/1), Jiwasraya masih mengambil posisi jual. Kepemilikannya untuk sementara ini berkurang menjadi 8,74% atau setara 5,39 miliar saham.

Artinya, sejak awal tahun, Jiwasraya telah menjual sekitar 34 juta saham PPRO. "Itu strategi rekomposisi portofolio saja," ujar Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko kepada Kontan.co.id, Jumat (11/1).

Selama sepekan terakhir, harga tertinggi saham PPRO ada di Rp 148 per saham. Dengan asumsi ini, Jiwasraya meraup Rp 5,03 miliar dari penjualan tersebut. Saham PPRO sepertinya mulai terpengaruh oleh aksi jual itu.

Akhir pekan ini, saham ini turun 0,69% ke level Rp 144 per saham. Meski demikian, saham PPRO telah mengakumulasi kenaikan 15,2% dalam sepekan dan 23,08% sejak awal tahun. Namun, Sasongko belum bersedia membeberkan apakah perusahaan tetap dalam posisi jual atau justru tetap mempertahankan posisinya di atas 5%.

Favorit asuransi

Kenaikan sepekan itu membuat saham PPRO menjadi salah satu pencetak return tertinggi bersama sejumlah saham medioker lainnya. Pada saat yang bersamaan, saham medioker juga favorit portofolio perusahaan asuransi.

PT PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) juga ikut mengempit 5,33% atau setara 3,28 miliar saham PPRO. Pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo bilang, tak haram memiliki saham medioker atawa lapis kedua. Terlebih, jika emiten saham itu punya kinerja fundamental yang positif seperti PPRO.

Tapi, agak sedikit berbeda jika saham yang menjadi portofolio punya kinerja fundamental negatif. INAF misalnya. Perusahaan masih merugi Rp 35,09 miliar di kuartal III-2018. Sahamnya juga menjadi pemberat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sejak awal tahun, INAF turun 21% dan mengurangi 3,8 poin indeks.

Asal tahu saja, selain PPRO, Asabri juga merupakan pemegang 452,61 juta atau setara 14,6% saham INAF. Lucky menambahkan, saat masuk ke saham medioker tetap harus perhatikan prospek fundamental apakah bakal positif setidaknya dalam tiga tahun kedepan. Terlebih, bagi perusahaan investasi yang perlu mitigasi risiko yang ketat.

Tata kelola risiko, lanjut Lucky, ada tiga. Terima risiko, kelola risiko, atau hindari risiko. "Kalau mengabaikan fundamental, ini jadi kurang menarik karena risiko di pasar diterima begitu saja. Ini membuat asuransi menjadi kurang prudent," jelas Lucky.

Hal itu juga berlaku bagi investor ritel yang ingin masuk ke saham medioker meskipun hanya untuk jangka pendek. "Beli saham yang punya value di masa depan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×