CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.924   -30,00   -0,19%
  • IDX 7.137   -77,78   -1,08%
  • KOMPAS100 1.092   -10,78   -0,98%
  • LQ45 871   -4,94   -0,56%
  • ISSI 215   -3,31   -1,52%
  • IDX30 446   -2,03   -0,45%
  • IDXHIDIV20 539   -0,53   -0,10%
  • IDX80 125   -1,22   -0,96%
  • IDXV30 135   -0,43   -0,32%
  • IDXQ30 149   -0,44   -0,29%

JISDOR, rupiah loyo ke Rp 13.320


Selasa, 14 Juli 2015 / 11:22 WIB
JISDOR, rupiah loyo ke Rp 13.320


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Nilai tukar rupiah kembali loyo terhadap dollar Amerika Serikat (AS), Selasa (14/7). Mengacu kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah melemah ke Rp 13.320 per dollar AS atau 0,08% dari Rp 13.309 per dollar AS. 

Mengacu data Bloomberg, di pasar spot rupiah ke Rp 13.331 per dollar As atau melemah 0,25% dari Rp 13.298 per dollar AS.

"Pasca mengalami penguatan, laju rupiah kembali mengalami koreksi terhadap dolar AS meski tipis. Sebagian pelaku pasar masih melakukan langkah antisipasi apakah persyaratan yang diberikan kepada Yunani untuk mendapatkan dana talangan dapat dilaksanakan," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada dikutip dari Antara.

Ia menambahkan bahwa laju mata uang rupiah juga masih dibebani oleh perekonomian di dalam negeri yang masih menunjukan perlambatan. Bank Indonesia memprediksi perekonomian kuartal II tahun ini relatf stagnan dibandingkan periode sebelumnya.

"Pelaku pasar diharapkan tetap mengantisipasi dan mencermati setiap sentimen yang ada, salah satunya kebijakan Bank Indonesia terkait tingkat suku bunga acuan (BI rate)," katanya.

Ia memprediksi Bank Indonesia akan mempertahankan BI rate di level 7,5%. Situasi saat ini, dinilai belum memungkinkan bagi BI untuk mengubah tingkat BI rate.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa dollar AS juga masih kuat di kawasan pasar Asia menyusul pelaku pasar masih khawatir, selama belum ada kepastian mengenai nasib Yunani, mata uang berisiko masih dalam tren pelemahan. "Fluktuasi aset di negara berkembang akan tetap tinggi," katanya.

Dari dalam negeri, lanjut dia, selain menunggu kebijakan BI rate, pelaku pasar juga sedang menanti pandangan Bank Indonesia terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×