Reporter: Dwi Nicken Tari | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Rupiah ditutup menguat pekan ini setelah sempat melemah karena beberapa sentimen negatif dari eksternal. Pada Jumat (10/7) rupiah menguat disebabkan oleh intervensi BI dan meredanya isu global yang sempat melemahkan rupiah.
Di pasar spot, Jumat (10/7) nilai tukar rupiah terhadap USD menguat 0,15% di level Rp13.314 dibanding hari sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi di kurs tengah Bank Indonesia yang mana rupiah melemah 0,32% ke level Rp13.304. Begitu pun dalam sepekan, rupiah menguat tipis 0,01%.
Menurut Rully Arya Wismubroto, Analis Pasar Uang Bank Mandiri Tbk menuturkan bahwa sepanjang pekan ini sebenarnya rupiah diselimuti sentimen negatif yang berasal dari sisi global.
Seperti hasil referendum Yunani yang membuat peluang Yunani keluar dari Zona Euro semakin besar dan gejolak yang terjadi di pasar saham China beberapa hari yang lalu.
“Ditambah lagi adanya penurunan proyeksi revisi dari bank Indonesia mengenai devisa yang turun sekitar 2 miliar dollar AS membawa sentimen negatif terhadap rupiah dalam pekan ini,” ujar Rully.
Pekan ini, Rully menambahkan, rupiah cenderung menguat stabil di kisaran Rp13.298 – Rp13.353 disebabkan oleh adanya intervensi dari Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dari Juni lalu. Adanya intervensi ini menjadi sentimen positif bagi rupiah meskipun dalam pekan ini rupiah sebenarnya masih melemah.
Sampai Kamis (9/7) posisi rupiah terdepresiasi tetapi menguat dibandingkan akhir pekan lalu karena banyak sentimen negatif yang bergulir terkait kasus Yunani dan anjloknya pasar saham China. Rully kemudian menilai bahwa adanya sedikit titik terang bahwa kemungkinan Yunani tidak jadi keluar dari Zona Euro dan membaiknya pasar saham China pada Kamis (9/7) sedikit membawa angin segar untuk rupiah di akhir pekan ini.
“Pergerakan rupiah pada Senin sampai Kamis itu melemah karena sentimen negatif dari eksternal. Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi membuat rupiah di pekan ini cenderung melemah dibandingkan pekan lalu,” ujar Rully.
Pekan depan Rully menduga bahwa rupiah masih akan relatif stabil cenderung menguat. Penguatan rupiah ini didukung, selain intervensi dari BI, rilisnya data Trade Balance pada Rabu (15/7) yang diprediksi memiliki surplus sekitar 464 juta dollar AS.
Selain itu, faktor eksternal dari Yunani yang sebenarnya tidak langsung mempengaruhi rupiah juga bisa menjadi sentimen positif jika proposal Yunani diterima oleh krediturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News