kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.932   28,00   0,18%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Jika jadi IPO, big tech bakal mengubah peta pembobotan market cap


Kamis, 15 Juli 2021 / 22:21 WIB
Jika jadi IPO, big tech bakal mengubah peta pembobotan market cap
ILUSTRASI. Logo Bukalapak. REUTERS/Willy Kurniawan


Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Tendi Mahadi

Kemudian, J&T bakal memiliki bobot 2,14% atau setara US$ 2,22 miliar, satu tingkat di bawah PT Merdeka Copper Gold (MDKA) di posisi kesebelas dengan bobot 2,61%.

Bukalapak tepat berada di posisi ke-20 dengan bobot US$ 1,42 miliar atau setara 1,37%. Posisi ini di bawah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang memiliki bobot 1,37%.

Saham seperti PT DCI Indonesia Tbk (DCII) tidak masuk dalam jajaran tersebut. Sebab, perhitungan bobot itu sudah menggunakan asumsi rumus pembobotan market cap yang baru.

Big tech memang belum mampu mengungguli PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan beberapa emiten lain yang masih memiliki bobot terbesar. Tapi, perusahaan-perusahaan ini rata-rata berusia minimal 30 tahun hingga akhirnya listing dan berkembang menjadi big caps.

"Sedang big tech, seperti Bukalapak, hanya butuh sekitar sepuluh tahun," tandas Pandu.

Selanjutnya: IHSG menguat 1,13% pada Kamis (15/7), net buy asing mencapai Rp 555 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×