kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.200   59,26   0,83%
  • KOMPAS100 1.105   10,12   0,92%
  • LQ45 877   10,37   1,20%
  • ISSI 221   1,09   0,50%
  • IDX30 448   5,50   1,24%
  • IDXHIDIV20 539   4,27   0,80%
  • IDX80 127   1,28   1,02%
  • IDXV30 135   0,60   0,45%
  • IDXQ30 149   1,41   0,96%

JFX Membidik Pertumbuhan Transaksi 9% di 2024


Kamis, 25 Januari 2024 / 22:15 WIB
JFX Membidik Pertumbuhan Transaksi 9% di 2024
ILUSTRASI. Direktur Utama Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) Stephanus Paulus Lumintang. Transaksi emas masih akan mendominasi perdagangan JFX.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah tekanan harga komoditas, Bursa Berjangka Jakarta alias Jakarta Future Exchange (JFX) optimistis jumlah transaksi tetap bertumbuh. Tahun ini, perusahaan menargetkan pertumbuhan volume transaksi 9%.

Direktur Utama JFX Stephanus Paulus Lumintang mengatakan, tahun ini kondisi masih cukup menantang. Salah satunya tensi geopolitik yang masih panas.

Meski begitu, Paulus optimistis kondisi geopolitik tidak akan terlalu mempengaruhi dari sisi volume. "Karena walau terjadi pergerakan tipis, baik turun atau naik, tetapi kita mengenal short selling, sehingga tetap ada probabilitas kendati harga volatilitasnya relatif terbatas atas dan terbatas bawah," kata dia, Kamis (25/1).

Menyadari tantangan itu, Paulus berhati-hati dalam menetapkan target pertumbuhan transaksi tahun ini. Pihaknya membidik pertumbuhan high single digit atau setara 9% dari 2023.

Baca Juga: Bursa CPO Tak Berdampak ke Emiten Sawit

Sementara dari seluruh kontrak yang ditransaksikan di JFX, Paulus bilang emas yang paling mendominasi, khususnya Loco London. Selain itu juga karena JFX telah memiliki pasar fisik emas digital yang mendorong transaksi emas.

Dengan alasan yang sama, dia memperkirakan emas masih akan menjadi primadona di tahun ini. Apalagi ia menilai, dengan tensi geopolitik yang masih tinggi maka harga komoditas cenderung stagnan.

Secara terpisah, Investment Analyst DBS Bank Goh Jun Yong menilai memang tahun ini emas akan menjadi komoditas yang paling menarik. Secara jangka pendek, ia berpandangan emas memiliki support di level US$ 2.000 per ons troi.

Sementara itu, secara jangka panjang setidaknya dalam satu tahun ke depan, kebijakan suku bunga yang mungkin turun akan menekan dolar AS. "Tekanan terhadap dolar AS akan berdampak positif ke harga emas di jangka panjang," katanya.

Baca Juga: Harga Emas Tertekan Penguatan Dolar dan Data Ekonomi AS

Lebih lanjut, harga emas juga dapat terkerek oleh permintaan dari bank sentral dunia yang akan mengoleksi emas sebagai diversifikasi risiko dan sebagai alternatif dari investasi dolar. Hal ini merupakan efek dari dedolarisasi.

Berdasarkan tim riset Monex Investindo Futures, secara teknikal, di dalam grafik 1 jam, harga emas berpotensi bergerak naik dalam jangka pendek di sesi perdagangan AS.

Hal itu seiring indikator Stochastic Oscillators yang bergerak ke atas dengan membidik resistance terdekat di US$ 2.022,47, level indikator Fibonacci Retracement 38,2%, sebelum membidik resistance yang lebih kuat di US$ 2.029 yang merupakan level indikator Fibonacci Retracement 50%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×