Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas diproyeksi menguat dalam jangka pendek. Logam mulia ini disokong katalis positif dari ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed yang akan menggelar rapat rutin pada 17-18 Desember 2024.
Mengutip Bloomberg pada Senin (16/12) pukul 18.23 wib, harga emas di pasar spot tercatat naik 0,50% ke level US$ 2661.31 per once troy. Sejak awal tahun, harga emas mencatatkan rekor tertinggi pada harga US$ 2.787,61 per once troy
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo memproyeksi, emas kemungkinan akan menguat dalam jangka pendek karena pemangkasan suku bunga yang diharapkan oleh Federal Reserve alias The Fed. Pelaku pasar mengharapkan adanya pemangkasan suku bunga acuan The Fed sebesar 25 basis poin (bps).
‘’Secara historis, suku bunga yang lebih rendah membuat emas lebih menarik karena tidak menghasilkan bunga, yang menyebabkan peningkatan permintaan,’’ ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Senin (16/12).
Baca Juga: Harga Emas Spot Naik Tipis ke US$2.650,86 Senin (16/12) Senin Siang
Sutopo menuturkan, pemangkasan suku bunga memang sudah diantisipasi oleh pasar, sehingga dampak terhadap bullish harga komoditas mungkin agak teredam. Namun, komentar atau sinyal yang tidak terduga dari Fed mengenai pemangkasan suku bunga di masa mendatang masih dapat mendukung harga emas.
Oleh karena itu, dalam jangka pendek, harga emas diperkirakan akan tetap kuat, berpotensi mencapai sekitar US$2.700 per ons troi. Faktor pendorong harga emas saat ini yakni ketidakstabilan ekonomi global dan ketegangan geopolitik yang telah mendorong peralihan ke emas sebagai aset lindung nilai (safe haven).
Inflasi yang terus-menerus juga telah meningkatkan permintaan emas sebagai lindung nilai terhadap kenaikan harga. Selain itu, permintaan fisik yang kuat dari bank sentral dan investor ritel, khususnya di Asia, turut mendukung harga emas.
Namun, Sutopo berujar, momentum laju kenaikan harga emas dapat teredam bila suku bunga dipotong lebih lambat tahun depan. Hal itu karena melihat kebijakan Trump berpotensi memicu inflasi yang lebih tinggi, sehingga mempersulit upaya untuk menurunkan suku bunga.
‘’Suku bunga yang lebih rendah umumnya membuat emas lebih menarik sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil, tetapi laju pemotongan yang lebih lambat dapat membatasi efek ini,’’ sambung dia.
Di sisi lain, konflik yang sedang berlangsung dan ketidakstabilan geopolitik kemungkinan akan mendorong permintaan emas sebagai aset safe haven di tahun depan. Pembelian emas juga akan meningkat oleh bank sentral, khususnya di pasar berkembang.
Ketidakpastian ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat turut berpotensi meningkatkan harga emas. Selain itu, prospek dolar AS yang lebih lemah bisa membuat emas lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain, sehingga berpotensi meningkatkan permintaan.
‘’Gabungan faktor-faktor ini menunjukkan prospek positif untuk harga emas pada tahun 2025, didorong oleh ketidakpastian ekonomi, ketegangan geopolitik, dan permintaan bank sentral,’’ imbuh Sutopo.
Baca Juga: Emas Tetap Menjanjikan, Raih Logam Mulia dari Tabungan Bebas Biaya dan Berjangka
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, prospek pemangkasan suku bunga yang lebih lambat dapat menahan laju kenaikan harga emas. Hal itu sejalan dengan ekonomi AS yang masih kuat menyebabkan ekspektasi pemangkasan bunga acuan The Fed turun menjadi 75 bps dari 100 bps untuk tahun 2025.
‘’Emas tidak akan naik signifikan, ketika isu prospek suku bunga the Fed masih hangat-hangatnya,’’ ucap Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (16/12).
Untuk saat ini, Lukman menilai, harga emas masih didukung oleh permintaan emas fisik, baik dari bank-bank sentral, maupun ritel dan institusi. Oleh karenanya, emas diperkirakan akan berkisar US$ 2.600 – US$ 2.725 per ons troi, dan masih berpeluang untuk mendekati US$ 2.800 di akhir tahun.
Lukman menyebutkan, walau emas berpeluang naik ke level US$ 3.000 di tahun depan, namun pergerakan harga diperkirakan akan volatil oleh sejumlah faktor seperti kebijakan tarif Trump, konflik geopolitik, serta ancaman perang dagang.
Perlu diwaspadai potensi inflasi dari kebijakan tarif Trump, serta potensi perang dagang dan perang nilai tukar. Inflasi bisa kembali menghambat kenaikan harga emas, namun perang dagang dan nilai tukar adalah hal negatif bagi ekonomi yang pada akhirnya menjadikan emas lebih menarik.
Selain itu, pemangkasan suku bunga sekitar 75 bps tahun depan adalah insentif yang cukup bagi emas untuk kembali naik dan memecahkan rekor baru. Meskipun, pemangkasan suku bunga kini diekspektasikan lebih lambat dari sebelumnya 100 bps di 2025.
‘’Harga emas tahun depan berpotensi koreksi signifikan maupun reli melewati US$3.000. Rata-rata harga emas diperkirakan akan berkisar US$ 2.900 - US$ 3.000 per ons troi,’’ tutur Lukman.
Sementara itu, Sutopo memproyeksikan, harga emas akan berkisar antara US$2.500 - US$3.000 per ons troi pada tahun 2025. Secara rata-rata, harga emas diproyeksi berada di sekitar US$2.750 per ons troi di tahun depan.
Tonton: Harga Emas Antam Hari Ini Tidak Berubah (16 Desember 2024)
Selanjutnya: Anwar Ibrahim Tunjuk Thaksin Shinawatra sebagai Penasihat Pribadinya di ASEAN
Menarik Dibaca: 6 Promo HUT 129 BRI Part 2: DCost, Family Mart, Bakmi GM, Tous Les Jours, Pagi Sore
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News