Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona di Indonesia membuat para emiten retail memutar otak untuk tetap beroperasi. Terlebih lagi, bulan Ramadan dan Idul Fitri semakin dekat.
Padahal bulan Ramadan dan Lebaran menjadi momentum bagi perusahaan retail untuk meningkatkan penjualan. Pasalnya, pada masa ini, masyarakat terbiasa membeli pakaian, aksesoris, hingga perlengkapan rumah baru.
Selain tetap membuka sebagian tokonya, emiten retail juga memanfaatkan saluran penjualan online yang dimiliknya.
Baca Juga: Ada fasilitas penundaan pelunasan pita cukai, begini tanggapan HM Sampoerna (HMSP)
Meskipun begitu, Analis Ciptadana Sekuritas Robert Sebastian menilai, pengaruh penjualan online selama periode Ramadan dan Lebaran tidak akan signifikan. Mengingat, porsi penjualan online emiten retail masih tergolong kecil.
Terlebih lagi, perayaan Lebaran tahun ini tidak seperti biasanya karena masyarakat dianjurkan untuk di rumah saja. Daya beli masyarakat juga berpotensi menurun karena adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun pendapatan yang berkurang.
"Masyarakat tidak ada uang untuk membeli hal-hal yang tidak mendesak seperti pakaian baru. Lagipula, orang juga sudah banyak keluar uang untuk membeli peralatan kesehatan seperti masker dan hand sanitizer," ungkap Robert saat dihubungi Kontan, Selasa (21/4).
Baca Juga: Erajaya Group luncurkan layanan pengantaran, Mobile Selling dan Eraxpress
Oleh karena itu, menurut dia, kondisi ini berdampak sangat buruk pada sektor retail.
Analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu melihat, kinerja emiten retail di kuartal II-2020 akan sangat tertekan. Menurut dia, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang masih berjalan, adanya larangan mudik, dan anak sekolah yang masih belajar di rumah akan sangat berdampak pada penurunan konsumsi.
"Terlebih mal di Jakarta sebagai penyedia fasilitas para retailer untuk berjualan juga mayoritas tutup, sementara Jakarta merupakan salah satu kontributor terbesar bagi emiten retail," kata Dessy.
Penjualan online rata-rata juga masih berkontribusi sedikit terhadap pendapatan emiten retail. "Terlebih lagi, budaya online shop masih berpusat di kota besar dengan rentang umur tertentu," ucap dia.
Baca Juga: Dampak corona, penjualan Semen Baturaja bakal terkoreksi sampai 20%
Kondisi ini membuat emiten yang memiliki basis pelanggan masyarakat kelas menengah seperti PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) akan sulit menjangkau pelanggan yang sudah terbiasa belanja di toko fisik.
Melihat berbagai faktor tersebut, Dessy memperkirakan, pendapatan emiten retail pada 2020 ini akan tumbuh negatif dibanding realisasi 2019.
Untuk itu, ia menyarankan bagi investor yang belum memiliki saham emiten retail untuk menghindarinya terlebih dahulu. Sebaliknya, bagi yang sudah punya, ia memasang rekomendasi sell hingga akhir tahun.
Baca Juga: Ambisi Erajaya (ERAA) tambah 300 gerai baru di 2020 terganjal corona
Begitu juga dengan Robert, ia menyarankan pelaku pasar yang sudah meraup keuntungan untuk menjual saham emiten retail. Ketika harganya sudah murah kembali, investor bisa membelinya tapi hanya untuk trading saja, bukan untuk investasi jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News