Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara berdasarkan data Bloomberg pada kontrak pengiriman Januari 2019 ICE Futures Newcastle melemah 0,19% ke level US$ 102,45 per metrik ton, Kamis (20/12).
Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim berpendapat pada dasarnya harga batubara dipengaruhi oleh harga minyak yang merosot.
"Jangan heran kalau ada pihak yang mengatakan bahwa harga batubara di tahun ini turun disebabkan oleh negara-negara importir," kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Kamis (20/12).
Negara importir seperti China, India, dan Jepang sudah melampaui batas pasokan. Mereka sudah menyimpan cadangan batubara sampai akhir tahun 2019 sejak November lalu.
Ia memprediksi Jumat (21/11) merupakan akhir perdagangan batubara di tahun ini. Kemungkinan dalam waktu dekat akan terjadi banyak profit taking dari pelaku pasar sebab mendekati momentum libur natal dan tahun baru. "Kalau nanti harga batubara akan turun itu wajar," kata Ibrahim.
Selain itu, kemarin bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk keempat kalinya tahun ini. Kenaikan suku bunga pada Desember ini sebesar 25 basis poin menjadi kisaran 2,25%-2,50%.Selain itu muncul testimoni dimana The Fed akan menaikan suku bunga sebanyak dua kali di 2019.
Menurut Ibrahim karenanya perekonomial global akan melambat. Di sisi lain, dalam rilis data zona ekonomi Uni Eropa (UE) cukup bagus. Revisi anggaran belanja Italia juga sudah diterima UE. Ini membuat sentimen global sedikit meredam.
"Tinggal satu lagi, Brexit kita masih menunggu keputusan draf kesepakatan Inggris dan UE pada pertengah Januari 2019," tutur Ibrahim.
Ia melihat dari sudut pandang pelaku pasar sebetulnya setuju terhadap Brexit. Saat ini sedang melakukan negosiasi dengan partai oposisi kemungkinan besar parlemen akan menyetujui karena pertimbangan dampak yang akan terjadi bila sentimen ini masih digantung.
Ia mengatakan sampai akhir pekan ini batubara ditutup di level US$ 99,80 per metrik ton-US$ 102,90 per metrik ton. Perolehan ini terbilang positif karena kondisi saat ini akan banyak profit taking.
Pelaku pasar istirahat dari aktivitas perdagangan sampai awal Januari 2019. Barulah nanti sekitar lima hari pertama - sampai minggu kedua Januari 2019 pelaku pasar aktif kembali.
Sementara itu ia memproyeksikan harga batubara selama 2019 berada di kisaran US$ 80 per metrik ton-US$ 105 per metrik ton dengan harga rata-rata sebesar US$ 92,5. "Artinya di tahun depan batubara prospeknya masih bagus," katanya (20/12).
Namun perlu diwaspadai terkait pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) China di 2019. Sebab, kalau pertumbuhan PDB China berada di level 6,4% besar kemungkinan China meningkatan produksi batubaranya. Nantinya berdampak kembali terhadap probabilitas turunnya harga minyak di 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News