Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) menjadi anggota baru di indeks LQ45. Ini lantaran kinerja SILO masih positif sehingga aktif diperdagangkan di bursa saham. Analis First Asia Capital David N Sutyanto menilai, SILO merupakan salah satu perusahaan yang selalu mencatatkan pertumbuhan bisnis setiap tahun. "Namun, valuasi perusahaan ini terbilang mahal," kata dia.
Saat ini, price earning ratio (PER) SILO di posisi 163 kali. Sementara PER rata-rata industri ini sebesar 66 kali. Namun secara fundamental, para analis melihat SILO masih berpeluang tumbuh seiring ekspansi tahun ini. SILO akan membuka 10 rumah sakit baru. Perusahaan ini telah menganggarkan dana belanja modal senilai Rp 900 miliar dari kas internalnya.
Eveline Liauw, Analis Ciptadana Securities, dalam riset pada 9 Desember 2014, mengatakan, saat ini perseroan itu tengah mengejar target membuka 40 rumah sakit baru hingga tahun 2017. Kini SILO telah mengoperasikan 17 rumahsakit. "Untuk mencapai target, setidaknya SILO akan membuka empat-lima rumahsakit per tahun," ujar dia.
Tak hanya membangun rumah sakit baru, SILO juga rajin akuisisi. Teranyar, emiten ini baru saja akuisisi dua rumah sakit di Bali, yakni BIMC Kuta dan BIMC Nusa Dua. Eveline menilai, aksi ini dapat menguntungkan. SILO dapat memenuhi permintaan para wisatawan asing khususnya turis dari Australia. Apalagi, kedua rumah sakit itu telah memiliki akreditasi dari Dewan Standar Kesehatan Australia, serta memiliki kerjasama dengan pemerintah Australia.
Alhasil, turis dari Australia bisa mendapatkan perawatan gratis di sini karena pemerintahnya yang akan membayar biaya perawatan warganya. "Kami percaya, kemitraan ini cukup strategis karena bisa membuat okupansi menjadi lebih tinggi dari pasien internasional maupun domestik," papar Eveline.
SILO juga akan menuai untung dari program jaminan kesehatan melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Eveline menyatakan, Siloam adalah rumah sakit swasta pertama yang memiliki layanan BPJS. Saat ini SILO menerima layanan BPJS di dua rumah sakit, yakni di Lippo Village dan Purwakarta.
Perseroan ini juga berencana menambah kapasitas rumahsakit umum di Tangerang dan membangun satu lagi di Kupang. Meski ekspansi bejibun, SILO dipercaya bisa melalui tahun ini dengan mulus. Sebab menurut David, debt equity ratio (DER) SILO masih memungkinkan untuk mencari pinjaman perbankan.
DER SILO masih kecil yakni 0,7 kali. yang menjadi tantangan SILO adalah pendanaan. Untuk membangun satu rumahsakit memerlukan dana investasi rata-rata Rp 150 miliar. Sementara untuk rumahsakit lebih kecil dengan luas sekitar 1.500-2.000 m² diperlukan investasi Rp 25 miliar.
Karena itu, Eveline yakin, kinerja SILO bertumbuh. Dia memperkirakan pendapatan SILO Rp 5,41 triliun di 2015, naik dari target 2014 di Rp 3,4 triliun. Sedangkan laba bersih menjadi Rp 119 miliar dari target 2014, Rp 69 miliar. Eveline merekomendasikan buy di harga Rp 17.600.
David dan Analis DBS Vickers Edward Tanuwijaya merekomendasikan hold di Rp 12.000 dan Rp 12.750. Selasa (17/2) harga SILO stagnan di Rp 12.225 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News