Reporter: Yuliana Hema | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kesepakatan antara Rusia dan China untuk membayar gas dengan yuan dan rubel akan membawa tekanan bagi mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Tak hanya itu, kini Rusia juga menetapkan pembelian minyak menggunakan rubel.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai, adanya sanksi ekspor pada Rusia malah menguntungkan negeri beruang merah. Pasalnya, ada penurunan harga komoditas hampir 30%.
“Karena itu banyak negara seperti China dan India mengambil berkah tersebut perdagangan dengan Rusia dengan menggunakan matanya uang sehingga rubel kembali menguat,” kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Jumat (9/9).
Namun dia melihat penguatan ini akan terjadi dalam jangka pendek saja, tergantung sejauh mana perang Rusia dan Ukraina berlangsung. Kalau kedua negara ini sudah damai, kemungkinan kondisi ekonomi akan kembali membaik.
Baca Juga: Dolar AS Perkasa, Rupiah Tetap Menguat Dalam Sepekan Terakhir
Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono menyebut kerja sama Rusia dengan China secara jangka panjang akan mengurangi dominasi dolar AS. Hal itu juga didorong dari proyek jalur sutra serta Belt Road Initiative (BRI) yang dicanangkan oleh China. Wahyu menilai kedua proyek ini itu bakal memperkuat posisi yuan dan kerja sama ekonomi.
“Sebenarnya ini bukan isu tunggal, tapi lebih kepada tren global. Antisipasi ketergantungan terhadap dolar AS termasuk riskan, jadi wajar banyak negara punya alternatif,” tutur dia.
Dalam melawan dolar AS, lanjut Wahyu, rubel punya posisi kuat dibandingkan yuan. Dia memproyeksikan USD/RUB akan bergerak dalam rentang 50-80 dengan target di akhir tahun mencapai 65.
Baca Juga: Dolar AS Merosot, Harga Bitcoin Melonjak Menembus US$ 20.000
Berbeda dengan rubel, pergerakan yuan dinilai masih cenderung terbatas akibat kebijakan Bank Sentral China PBOC. Wahyu memproyeksikan USD/CYN di tahun akan cenderung bergerak 6,20 sampai 7,20. Sementara di akhir 2022, USD/CYN bisa berada di 7,00.
Adapun Ibrahim memproyeksikan USD/RUB di akhir tahun mencapai 45,50. Sementara, USD/CNY berada di 7,45. Di sisi lain, dia menilai investasi rupiah terhadap yuan masih menarik.
“Investasi rupiah-yuan masih sangat menarik karena Indonesia dan China masih cukup kuat, sebagai safe haven yuan bisa dikoleksi,” ucap Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News