Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi indeks dengan kinerja terbaik di ASEAN sepajang tahun ini. Bahkan, IHSG menjadi nomor tiga terbaik di kawasan Asia Pacific.
Hingga penutupan perdagangan Selasa (21/1), IHSG ditutup menguat 0,15% ke level 7.181,82. Sepanjang tahun berjalan ini, IHSG sudah naik 1,44%.
Padahal di ASEAN, hanya ada dua indeks yang berhasil menguat. IHSG dan Straits Times Index (STI) milik bursa Singapura. Secara year to date, STI mampu menguat 0,21%.
Baca Juga: Menakar Efek Trump 2.0 dan Potensi January Effect di Pasar Saham
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan kenaikan IHSG karena secara valuasi sudah cukup atraktif.
Lagipula pergerakan beberapa saham dengan fundamental bagus beberapa waktu lalu juga tertekan. Menurutnya, ini menjadikan peluang bagi investor untuk akumulasi.
“Kalau diperhatikan, pidato Trump juga relatif terkendali dan belum memberikan dampak secara volatilitas terhadap pasar ekuitas,” ucap Nico kepada Kontan, Senin (21/1).
Nico menilai pelaku pasar dan investor memiliki keyakinan yang lebih besar untuk bisa akumulasi atau masuk secara bertahap sembari menunggu ketidakpastian terkait kebijakan Trump.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menambahkan kinerja IHSG yang unggul juga ditopang oleh keputusan Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga.
Pasalnya, keputusan BI untuk memotong BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) di luar ekspektasi pasar. Alhasil, IHSG terus menguat sejak pengumuman BI hingga penutupan Senin (21/1).
“Penguatan IHSG ditopang domestik dan asing, setelah pengumuman pemangkasan suku bunga, saham perbankan merespons positif dan asing mulai net buy,” katanya.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Menguat di Perdagangan Rabu (22/1), Ini Rekomendasi Saham Untuk Esok
Valuasi IHSG dibanding Kawasan
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan mengingatkan meskipun IHSG menjadi tertinggi di ASEAN, tetapi sentimen global masih cenderung negatif.
Berdasarkan data Bloomberg per Senin (21/1), Price Earning Ratio (PER) IHSG berada di posisi 12,68 kali. Posisi ini membuat valuasi IHSG cukup atraktif dibandingkan bursa kawasan lainnya.
“Selain itu, rasio dividend yield emiten-emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau IHSG juga cukup tinggi, terutama di emiten perbankan dan energi menjadi daya tarik investor,” kata Ekky.
Nico menambahkan selain valuasi dan dividend yield, IHSG juga menarik bagi investor karena ada potensi pertumbuhan ekonomi yang menarik di 2025 seiring dengan program Prabowo.
“Kami melihat ada ruang yang cukup besar bagi IHSG untuk bisa bangkit dari pelemahan saat ini, tapi dengan catatan sentimen global juga mendukung,” ujarnya.
Selanjutnya: AAJI Optimistis Investasi Saham Asuransi Jiwa Tetap Positif pada 2025
Menarik Dibaca: Bank BCA Bantu 2.000 UMKM Dapatkan Sertifikat Halal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News