Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Spekulasi keluarnya Yunani dari blok Euro kembali menjegal rupiah. Bahkan, pagi ini, mata uang Garuda terdepresiasi paling tajam dalam delapan bulan.
Investor terlihat mengantisipasi pertemuan pemimpin Uni Eropa yang dijadwalkan pada hari ini. Pasar cemas, pertemuan tersebut akan memutuskan Yunani keluar dari euro. Kekhawatiran ini memicu investor menghindari aset negara-negara berkembang.
Kabar dari pasar domestik juga tak menggembirakan. Pada lelang sukuk kemarin, pemerintah hanya mampu menyerap dana Rp 550 miliar, meleset dari target Rp 1 triliun. Bursa domestik juga jeblok, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah rontok 4,3% sepanjang Mei ini. Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih saham Indonesia sebesar US$ 449 juta.
Tak heran, nilai tukar rupiah keok hingga 1,3% ke level Rp 9.350 per dollar AS pada pukul 9.30 di Jakarta. Ini pelemahan terbesar sejak 26 September silam.
Mantan Perdana Menteri Lucas Papademos mengatakan kepada Wall Street Journal, keluarnya Yunani dari euro akan menjadi bencana bagi negara tersebut.
"Rupiah jatuh sejalan dengan mata uang regional, karena sentimen global memicu pasar menghindari risiko. Pertemuan puncak hari ini pun diprediksi tidak akan menghasilkan keputusan yang signifikan," kata Artanavaro Gasali, kepala pasar global di PT Bank ICBC Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Terkait
Penguatan rupiah akan terbatas
