Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Isu tapering off yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, kembali mencuat. Risalah rapat kebijakan moneter The Fed menunjukkan peluang tapering terjadi di tahun ini, sebab inflasi sudah mencapai target dan pemulihan pasar tenaga kerja juga hampir sesuai ekspektasi.
Analis Erdikha Elit Sekuritas Regina Fawziah mengatakan, sebenarnya tapering dari The Fed memang sudah diproyeksikan akan terjadi lebih awal dibandingkan dengan pernyataan yang sebelumnya, dimana kebijakan moneter baru akan dilakukan di tahun 2022-2023.
Rencana tapering yang lebih cepat dari yang diperkirakan seiring beberapa indikator ekonomi negeri Paman Sam yang mengalami pemulihan lebih cepat, terutama dari sisi inflasi dan ketenagakerjaan.
“Karena secara umum proyeksi pasar terhadap kebijakan tersebut akan terjadi tahun depan, sehingga ada kemungkinan berpengaruh terhadap pergerakan market terutama dari emarging market seperti Indonesia,” terang Regina kepada Kontan.co.id, Minggu (22/8).
Baca Juga: Harga emas pekan ini bergerak tipis ke US$ 1.781 per ons troi
Regina menilai, tapering ini berpengaruh terhadap harga emas, dan berpotensi membuat harga emas turun, tetapi efeknya tidak signifikan.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Setya Ardiastama menilai, kebijakan tapering dinilai dapat memberikan tekanan pada turunnya harga emas. Namun, Okie melihat penurunan tersebut sifatnya lebih terbatas.
“Hal ini mengacu pada ketidakpastian dari pandemi yang berpotensi masih menyelimuti hingga akhir tahun dan memicu kenaikan dari harga komoditas,” terang Okie.
Pilarmas Investindo Sekuritas memproyeksikan harga emas tahun ini berada di rentang US$ 1.590- US$ 1.830 per oz.
Selanjutnya: Harga emas menguat tipis pada pekan ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News