Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) berupaya menekan eksposur penguatan dollar Amerika Serikat (AS) dan beban bunga akibat utang, terutama utang obligasi. Emiten halo-halo ini berencana melakukan pembayaran kembali utang (refinancing) atas surat utang berdenominasi dollar AS.
Utang obligasi yang dimaksud adalah Guarateed Notes yang jatuh tempo pada 2020, yang diterbitkan anak usaha perseroan, Indosat Palapa Company B.V (IPBV). Total nilai pokok surat itu sebesar US$ 650 juta dan bunga 7,37% per tahun. Bunga ini wajib dibayar setiap enam bulan.
Pada notes ini melekat beberapa opsi pembelian kembali (buyback). Diantaranya, jika buyback dilakukan sebelum 29 Juli 2015, perseroan bisa menarik kembali sebagian dari nilai pokok notes. Harga buyback setara dengan 100% nilai pokok notes ditambah premium tertentu.
Jika pembelian kembali dilakukan setelah 29 Juli 2015, perusahaan bisa menarik seluruh atau sebagian pokok notes setiap saat dan sewaktu-waktu di harga tertentu. Opsi lain, perseroan bisa buyback setiap saat pada harga setara dengan 100% nilai pokok ditambah bunga dan jumlah tambahan yang belum dan masih harus dibayar sampai dengan tanggal buyback.
Opsi ini dilakukan jika terdapat perubahan tertentu yang mempengaruhi potongan pajak di Indonesia dan Belanda. Perseroan juga harus memberikan pengumuman minimal 30 hari atau lebih dari 60 hari jika ingin melakukan buyback dengan opsi tersebut.
Alexander Rusli, Presiden Direktur dan CEO ISAT mengatakan, pihaknya berencana melakukan refinancing notes tersebut di akhir tahun.
"Kami ingin sebanyak mungkin me-refinancing obligasi itu, belum tahu berapa angka pastinya," ujar Alexander, Rabu (8/4).
Yang jelas, lanjut dia, strategi untuk menekan beban bunga adalah mengganti utang obligasi itu dengan pinjaman bergulir (revolving loan). Setelah itu, revolving loan ditutup dengan utang obligasi lagi dengan jangka yang lebih panjang.
Selain itu, Indosat juga ingin menekan eksposur utang dollar AS dengan mengganti utang dollar AS dengan rupiah. Manajemen Indosat akan menarik lebih banyak utang rupiah untuk mengganti utang obligasi dollar. "Pemikiran kami, 70% dalam rupiah, dan 30% dollar AS," tutur Alexander.
Hingga akhir 2014, ISAT masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 1,98 triliun. Salah satu beban yang harus ditanggung perseroan adalah beban pendanaan yang nilainya mencapai Rp 2,4 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News