Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Minat asing terhadap penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) tampaknya masih besar. Lihat saja, sekitar 80%-90% saham perdana PT Binakarya Jaya Abadi Tbk (BIKA) diserap oleh investor asing.
Shiantaraga, Direktur RHB OSK Securitas mengatakan sebagian besar investor asing tersebut berasal dari Singapura. "Minat asing cukup besar," ujarnya di Jakarta, Selasa (13/7).
Tak hanya itu, sebagian besar investor asing tersebut merupakan institusi. Adapun total investor institusi yang menyerap saham emiten properti ini mencapai 98%.
Shiantaraga mengatakan, BIKA mengutamakan investor institusi agar sahamnya tidak bergerak volatile. Kendati demikian, tidak ada investor institusi dengan kepemilikan lebih dari 5%.
Dia mengatakan sebenarnya permintaan investor ritel lokal sangat tinggi yakni kelebihan permintaan atau oversubscribe 50-60 kali. Namun, BIKA hanya menargetkan investor ritel 2%.
Pada perdagangan awal, saham BIKA dibuka dengan harga Rp 1.400 atau melesat 40% dari harga perdana Rp 1.000. Bahkan harga tertinggi bergerak ke level Rp 1.500 atau naik 50%.
Dalam aksi IPO ini, BIKA melepas 150 juta saham atau 25,3% dari modal disetor penuh dengan harga Rp 1.000 per lembar saham atau mendekati batas bawah target awal Rp 900- Rp 1.300. Dengan begitu, perseroan mengantongi dana sebesar Rp 150 miliar. Jumlah saham yang dilepas ini lebih rendah dari target awal sebanyak 238,15 miliar atau 35% dari total modal disetor penuh.
Pemangkasan jumlah saham ini dilakukan karena kondisi pasar yang belum bagus. "Rugi kalau dilepas banyak dengan harga murah. Nanti kita lihat lagi, kalau perkembangan bagus, bisa dilepas lagi saham baru," ujarnya.
Dengan IPO ini, BIKA tercatat menjadi emiten ke 11 yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
