kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.305.000   6.000   0,26%
  • USD/IDR 16.611   26,00   0,16%
  • IDX 8.227   -30,66   -0,37%
  • KOMPAS100 1.122   -5,50   -0,49%
  • LQ45 788   -5,60   -0,71%
  • ISSI 295   -0,19   -0,06%
  • IDX30 412   -3,20   -0,77%
  • IDXHIDIV20 463   -4,41   -0,94%
  • IDX80 124   -0,46   -0,37%
  • IDXV30 132   -1,19   -0,89%
  • IDXQ30 129   -0,73   -0,56%

Investor Wajib Tahu! Ini Pilihan Saham Defensif saat Ketidakpastian Global Tinggi


Senin, 13 Oktober 2025 / 19:10 WIB
Investor Wajib Tahu! Ini Pilihan Saham Defensif saat Ketidakpastian Global Tinggi
ILUSTRASI. Analis memberikan rekomendasi saham pilihan defensif saat pasar global di tengah ketidakpastian yang tinggi


Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meningkatnya tensi geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan China belakangan ini kembali memicu lonjakan ketidakpastian di tingkat global.

Pergerakan pasar saham regional Asia dan pasifik pun kompak melemah pada akhir perdagangan Senin (13/10/2025). Misalnya, indeks Hang Seng (Hong Kong) tercatat turun 1,52% ke level 25.889 dan indeks Shanghai Composite (China) terkoreksi 0,19% ke 3.889. 

Lalu, Indeks Straits Times (Singapura) juga melemah 0,84% ke posisi 4.389,83, sedangkan Kospi (Korea Selatan) terkikis 0,72% ke 3.584. Tak ketinggalan, indeks Taiex (Taiwan) anjlok 1,39% ke 26.923 dan ASX200 (Australia) turun 0,84% ke 8.882.

Baca Juga: IHSG Terkoreksi 0,37% ke 8.227, ISAT, SCMA dan INKP Top Losers LQ45, Senin (13/10)

Pasar saham domestik pun ikut tergerus. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir perdagangan Senin (13/10/2025) ditutup melemah 0,37% ke posisi 8.227,2.

Customer Engagement and Market Analyst Department Head BRI Danareksa Sekuritas Chory Agung Ramdhani menjelaskan, dalam situasi ketidakpastian global yang meningkat akibat konflik geopolitik, investor cenderung memilih saham-saham dengan volatilitas rendah dan fundamental kuat.

Menurut Chory, saat ini terdapat beberapa saham defensif yang menarik untuk diperhatikan. Dari sektor poultry, ia menyoroti PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) sebagai pilihan. Kebutuhan protein yang bersifat inelastis membuat sektor ini relatif tahan terhadap gejolak. 

Selain itu, stabilisasi harga jagung dan pemulihan permintaan turut menjadi katalis positif bagi kinerja perusahaan. Secara valuasi, saham di sektor peternakan seperti CPIN dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) juga tergolong murah dibandingkan rata-rata historisnya.

Dari sektor properti ada PT Ciputra Development Tbk (CTRA)  yang direkomendasikan. Ia menilai prospek sektor ini menjanjikan seiring potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia. Likuiditas yang lebih longgar akan mendorong permintaan rumah dan apartemen, khususnya di segmen menengah.

Tak hanya itu, perusahaan di sektor ini juga memiliki manajemen keuangan yang solid dengan rasio utang yang sehat.

Sementara dari sektor perbankan besar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)  menjadi pilihan. Chory bilang sektor perbankan tetap menjadi tulang punggung perekonomian domestik.

Baca Juga: Perang Dagang AS–China jadi Efek Kejut Sementara buat IHSG, Cermati Saham Ini

Dengan valuasi yang sudah berada di bawah rata-rata lima tahun terakhir serta kualitas aset yang terjaga, saham-saham bank besar layak dikoleksi secara bertahap, terutama bagi investor jangka menengah hingga panjang.

Secara prospek untuk jangka menengah, saham-saham tersebut cenderung stabil dan berpotensi mengungguli kinerja indeks jika volatilitas global meningkat.

"Sektor poultry dan properti akan diuntungkan oleh tren penurunan suku bunga, sementara perbankan besar diperkirakan tetap membukukan pertumbuhan laba yang solid berkat efisiensi dan ekspansi kredit konsumtif,"  kata Chory kepada Kontan, Senin (13/10/2025).

Head of Research KISI Sekuritas Muhammad Wafi membagikan pandangan lain. Di mana, saham defensif yang menarik untuk dicermati biasanya berasal dari sektor konsumsi primer seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), lalu sektor telekomunikasi melalui saham PT Telkom Indonesia  Tbk (TLKM) dan kesehatan seperti PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) dan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO). 

Wafi mengungkapkan kinerja sektor-sektor tersebut relatif stabil karena didorong konsumsi domestik, bukan ekspor, jadi tidak terlalu terdampak isu geopolitik atau fluktuasi global. Selain itu, saham-saham ini punya cash flow kuat dan dividend yield menarik.

"Cocok buat jaga portofolio saat market rawan profit taking," ujar Wafi kepada Kontan, Senin (13/10).

Secara prospek saham-saham tersebut dinilai masih prospektif, apalagi jika inflasi tetap terkendali dan suku bunga mulai turun. Secara rinci, sektor konsumer berpotensi rebound di akhir kuartal tahun 2025 seiring naiknya belanja akhir tahun, sementara TLKM diuntungkan tren digitalisasi dan peningkatan trafik data. Saham kesehatan juga mulai recovery setelah tekanan margin di awal tahun.

 

Dus, Wafi menyarankan bagi pelaku pasar untuk mencermati saham-saham defensif hingga volatilitas global mereda, minimal sampai awal tahun  2026 saat arah suku bunga global dan geopolitik lebih jelas. Setelah itu, investor bisa mulai rotasi ke sektor siklikal.

Chory membagikan rekomendasi saham untuk jangka waktu 6 bulan hingga 12 bulan ke depan antara lain CPIN, CTRA dan BBCA dengan target harga masing-masing berada di level Rp 6.400, Rp 1.600 dan Rp 11.900 per saham.

Sementara itu, Wafi menyarankan buy saham ICBP, TLKM, UNVR dan HEAL di target harga masing-masing Rp 9.800, Rp 3.500, Rp 2.400 dan Rp 1.650 per saham.

Selanjutnya: Samator (AGII) Bidik Pertumbuhan Penjualan Dua Kali Lipat dari GDP di 2026

Menarik Dibaca: 5 Manfaat Olahraga 30 Menit Setiap Hari untuk Kesehatan Tubuh dan Mental

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×