Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi terbaru terkait penyebaran virus corona serta dampaknya ke perekonomian global membuat harga emas fluktuatif. Emas yang biasa dijadikan sebagai aset safe haven nyatanya ikut terkena dampaknya.
Merujuk Bloomberg, harga emas spot pada pukul 17.45 WIB kembali turun 1,51% ke level US$ 1.505,19 per ons troi. Padahal beberapa hari terakhir, emas dunia sempat rebound dan berada di level US$ 1.526,63 per ons troi.
Pola serupa juga terjadi pada emas Comex New York Mercantile Exchange Futures untuk pengiriman kontrak April 2020. Sempat rebound menuju level US$ 1.536,20 per ons troi, kini emas Comex harus terkoreksi 1,61% ke level US$ 1.501,30 per ons troi.
Baca Juga: Harga emas Antam naik Rp 25.000 sehari, seminggu masih tekor 1,55%
Analis HFX Berjangka Ady Phangestu melihat situasi saat ini telah membingungkan pasar. Padahal emas dipandang sebagai aset safe haven terbaik. Namun yang terjadi justru aksi jual emas sehingga membuat harga emas tertekan.
“Pada Divisi Comex New York Mercantile Exchange Futures emas untuk kontrak April diperdagangkan pada US$1.533,00 per ons troi atau meningkat 3,13%. Emas kemungkinan akan mendapati support pada $1.450,90 per ons troi,” ujar Ady kepada Kontan.co.id, Rabu (18/3).
Ady juga menuturkan, quantitative easing (QE) yang dilakukan bank sentral secara agresif dan besar-besaran justru membuat pasar bimbang. Di satu sisi pelaku akan memilih emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi tetapi di satu sisi pelaku juga membutuhkan likuiditas.
“Penurunan harga emas belakangan ini karena upaya likuidasi dari buyer masa lampau, untuk menutupi posisi yang rugi pada saham atau komoditas lainnya,” tambah Ady.
Baca Juga: Harga emas kembali naik ditopang stimulus tambahan yang digelontorkan Amerika Serikat
Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono juga mengungkapkan hal yang serupa. Jika melihat kondisi fundamental, emas seharusnya berada dalam tren positif. Terlebih lagi ketika Federal Reserve memangkas bunga acuan besar-besaran. Wahyu mengklaim emas harusnya bisa menyentuh US$ 1.900 per ons troi.
“Tetapi belakangan ini pasar tengah tertekan dan terjadi kelangkaan likuiditas. Kondisi ini akhirnya membuat investor menjual seluruh instrumen untuk pegang uang tunai, termasuk emas,” papar Wahyu.
Selain itu, Wahyu menyebut penurunan harga merupakan momen yang tepat bagi para investor untuk melakukan aksi jual. Sehingga terjadi aksi berbondong-bondong jual emas dan pada akhirnya emas dunia berada dalam tren penurunan dan menyentuh level US$ 1.400-an per ons troi.
Baca Juga: Emas spot perkasa menanti realisasi kebijakan The Fed dan pemerintah AS
“Semakin terlihat jelas segala upaya yang dilakukan The Fed dan bank sentral lainnya tidak memberi dampak. Dengan seluruh kebijakan injeksi likuiditas, nyatanya seluruh aset tetap saja tertekan imbas virus corona,” pungkas Wahyu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News